
Kepala Kantor OJK Malang, Biger A Maghribi, memaparkan perkembangan industri jasa keuangan di wilayah kerja OJK Malang, Minggu (9/3/2025). (Foto: Eka Nurcahyo/Malang Post)
MALANG POST – Di tengah beragam tantangan ketidakpastian geopolitik global dan momentum tahun politik di dalam negeri, sepanjang tahun 2024 perkembangan Pasar Modal Indonesia tetap menunjukkan resiliensinya. Itu ditunjukkan dengan tren positif pada berbagai indikator seperti stabilitas pasar, tingkat aktivitas perdagangan, jumlah penghimpunan dana, serta peningkatan jumlah investor ritel dengan pesat.
“Karena itu, tahun 2025 ini fokus OJK Malang adalah sosialisasi Pasar Modal,” kata Biger A Maghribi, Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang, kepada wartawan, Minggu (9/3/2025).
Dia ungkapkan, jumlah investor pasar modal di wilayah kerja OJK Malang mencapai 297.815 Single Investor Identification (SID) pada Desember 2024 atau tumbuh sebesar 13,23 persen secara yoy dibanding tahun sebelumnya sebanyak 263.021 SID. Sebanyak 99,86 persen dari total investor merupakan investor individu dan 34,68 persen di antaranya berdomisili di Kota Malang.
Menurut Biger, antusiasme investor ritel terhadap obligasi ritel negara masih cukup besar di tengah dinamisnya ekonomi domstik dan tingginya ketidakpastian global. Ini tecermin dari peningkatan SID Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 19,05 persen dari posisi yang sama tahun sebelumnya atau mencapai 29.042 SID. Jumlah nasabah reksa dana juga meningkat signifikan sebesar 164,27 persen secara yoy.
Daerah Tingkat II di wilayah kerja KOJK Malang yang mencatatkan nilai penjualan reksa dana tertinggi adalah Kota Malang dengan total transaksi sebesar Rp 296,53 miliar dan kemudian diikuti dengan Kabupaten Malang sebesar Rp36,47 miliar.
Rata-rata nilai transaksi saham mencapai Rp3.945 miliar selama bulan Desember 2024. Angka itu meningkat 34,25 persen secara yoy dengan rata-rata nilai tahun sebelumnya adalah sebesar Rp2.938 miliar.
Terkait pasar modal ini, OJK terus memperkuat pengawasan dan pelindungan investor pasar modal. Di antaranya melalui aplikasi OJK OSIDA PMDK (Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon) yang memanfaatkan Big Data Analytics Pasar Modal (BDA PM).
Pada saat peluncuran di Februari 2025, BDA PM telah mencakup informasi mengenai Investor Profile dan clustering Perusahaan Efek (PE). Pengembangan OSIDA PMDK merupakan salah satu sasaran strategis Destination Statement OJK Tahun 2022-2027 dan sejalan dengan Roadmap Pasar Modal Indonesia 2023-2027 pilar pengembangan dalam rangka Pelindungan Konsumen.
Perkembangan Edukasi dan Pelindungan Konsumen
Sementara itu, lanjut Biger, OJK Malang telah memberikan 305 layanan konsumen sejak 1 Januari sampai 28 Februari 2025 yang terdiri dari pemberian informasi (61,64 persen), penerimaan informasi (5,57 persen), dan pengaduan (32,79 persen). Ditinjau dari jenis usaha Pelaku Usaha Jasa Keuangan, 39,02 persen layanan konsumen berkaitan dengan perusahaan Perbankan, 31,80 persen berkaitan dengan sektor IKNB, dan 28,85 persen lainnya.
Topik layanan konsumen perusahaan perbankan mayoritas terkait pengajuan restrukturisasi konsumen (13,45 persen), lembaga pembiayaan mayoritas terkait pelaporan SLIK (28,26 persen), peer-to-peer lending mayoritas terkait fraud eksternal (30,95 persen), dan perusahaan asuransi terkait persoalan klaim (83,33 persen).
Sampai dengan akhir bulan Januari 2025, OJK Malang telah memproses 1.930 permintaan informasi debitur pada Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) dengan1.519 permintaan informasi diajukan secara luring dan 420 di antaranya diajukan secara daring.
Untuk perkembangan Indonesia Anti-Scam Centre (IASC), papar Biger,
dalam pertemuan tahunan Industri Jasa Keuangan yang digelar tanggal 11 Februari 2025 lalu, OJK telah meluncurkan Indonesia Anti-Scam Centre (IASC/ Pusat Pelaporan Penipuan Transaksi Keuangan).
IASC didirikan OJK bersama anggota Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas PASTI) yang didukung oleh asosiasi di industri jasa keuangan untuk penanganan penipuan (scam) yang terjadi di sektor keuangan secara cepat dan berefek-jera.
Pembentukan IASC bertujuan untuk mempercepat koordinasi antar-penyedia jasa keuangan dalam penanganan laporan penipuan dengan melakukan penundaan transaksi dan pemblokiran rekening terkait penipuan, kemudian melakukan identifikasi para pihak yang terkait penipuan, mengupayakan pengembalian dana korban yang masih tersisa, dan melakukan upaya penindakan hukum.
Pembentukan forum koordinasi ini dilakukan untuk merespons makin maraknya penipuan di sektor keuangan yang terjadi saat ini dan semakin besarnya nominal dana korban yang hilang.
Saat ini IASC telah didukung oleh asosiasi industri perbankan, penyedia sistem pembayaran, dan e-commerce.
Sampai dengan 27 Februari 2025, IASC telah menerima 57.426 laporan yang terdiri dari 38.862 laporan disampaikan oleh korban melalui PUSK (bank dan penyedia sistem pembayaran) yang kemudian dimasukkan ke dalam sistem IASC, sedangkan 18.564 laporan langsung dilaporkan oleh korban ke dalam sistem IASC.
Jumlah rekening dilaporkan sebanyak 64.219 dan jumlah rekening sudah diblokir sebanyak 28.568. Sejauh ini, total kerugian dana yang telah dilaporkan sebesar Rp 994,3 miliar dan total dana korban yang sudah diblokir sebesar Rp127 miliar.
IASC akan terus meningkatkan kapasitasnya mempercepat penanganan kasus penipuan di sektor keuangan.(Eka Nurcahyo)