
Kepala DInas Pendidikan Kota Batu, M. Chori. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
MALANG POST – Berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) terdapat 1.395 anak di Kota Batu tergolong sebagai Anak Tidak Sekolah (ATS) pada Tahun 2024 lalu. Dari jumlah itu terdiri dari drop out, lulus tidak melanjutkan (LTM) dan Belum Pernah Bersekolah (BPB).
Proses validasi data ATS tersebut melibatkan survei langsung ke desa dan kelurahan di Kota Batu. Hal ini dilakukan untuk memastikan kebenaran data dan mengidentifikasi penyebab ATS di setiap wilayah.
Untuk menekan angka ATS, sejumlah cara telah disiapkan Pemkot Batu melalui Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Batu. “Pemerintah telah memberikan fasilitasi akses yang lebih luas kepada peserta didik. Contohnya seperti angkutan gratis untuk pelajar telah kami siapkan,” tutur Kadindik Kota Batu, M Chori, Rabu (5/3/2025).
Selain itu, untuk aksesbilitas sekolah-sekolah yang lokasinya cukup jauh, seperti di Dusun Toyomerto, Desa Pesanggrahan dan Dusun Brau, Desa Gunungsari Dindik Kota Batu juga telah menyiapkan kendaraan tersendiri.
“Ini kami lakukan supaya akses keterjangkauan tidak menjadi kendala lagi bagi para peserta didik kita,” imbuh Chori.
Dia mengungkapkan, sejumlah faktor lain anak putus sekolah salah satunya juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan faktor sosial dimana menyebabkan anak-anak tidak mau sekolah.
Berkaca dari hal tersebut, pihaknya berupaya semaksimal mungkin agar anak-anak Kota Batu bisa mau tetap bersekolah. Jika terkendala ekonomi, Pemkot Batu akan memberikan bantuan dengan menyiapkan beasiswa sesuai program kepala daerah baru Nurochman dan Heli Suyanto.
Kemudian apabila anak-anak tersebut memang tidak mau bersekolah karena suatu hal, Dindik Kota Batu akan mengarahkannya untuk mengikuti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
“Pada intinya yang penting anak-anak kita bersekolah. Kalau tidak bisa sekolah umum karena ada keterbatasan harus membantu dan lain sebagainya, kami arahkan ke program PKBM, karena statusnya juga sama dengan sekolah umum. Sehingga anak-anak Kota batu bisa mengenyam pendidikan sebagaimana mestinya,” paparnya.
Chori menegaskan, penanganan ATS di Kota Batu menjadi prioritas utamanya, sebab Pemkot Batu ingin merealisasikan wajib belajar 13 tahun.
“Kalau bisa lebih dari 13 tahun. Apalagi visi misi kepala daerah adalah meningkatkan SDM berkarakter, berkualitas dan berdaya saing. Ini berarti, pendidikan menjadi konsen pemerintah ke depan. Dimana kepala daerah punya program mencetak 1.000 sarjana per tahun,” urainya.
Program tersebut digagas dalam rangka penguatan SDM Kota Batu agar memiliki daya saing, bermutu dan berkualitas. “Maka dari itu, ini menjadi tantangan bagi kami, bagaimana pendidikan anak-anak kita, supaya memiliki akses yang lebih luas dan mendapatkan pendidikan berkualitas,” tuturnya.
Lebih lanjut, Chori juga menjelaskan, pembelajaran di sekolah jelas punya tujuan utama untuk mencerdaskan intelektual peserta didik. Sedangkan untuk soft skillnya, Dindik Kota Batu memperbanyak ekstrakurikuler terutama di sekolah-sekolah negeri.
“Untuk ekstrakurikuler di sekolah-sekolah kamu yang membiayai, berasal dari sumber anggaran APBD. Ini berat sebagian dari Bosda digunakan untuk honorarium petugas ekskul untuk melatih soft skill peserta didik,” jelasnya.
Kemudian perihal daya saing, dimana saat ini sudah memasuki era digitalisasi, maka sekolah-sekolah juga sudah harus menyesuaikan. Menyongsong hal tersebut, pihaknya akan memberikan chroom book kepada satuan pendidikan.
“Ini sudah kami lakukan di beberapa sekolah, kedepannya akan terus kami kembangkan. Selain itu, pelatihan guru tentang chroom book juga penting, guna meningkatkan kompetensinya. Apalagi saat ini Pemkot Batu juga telah bekerjasama dengan Google For Education,” tutupnya. (Ananto Wibowo)