
MALANG POST – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) telah mengubah sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) menjadi Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB). Sistem inibakan mulai diterapkan pada tahun 2025.
Langkah ini diambil untuk menjawab berbagai permasalahan yang muncul selama implementasi PPDB dan untuk memastikan pemerataan akses pendidikan yang lebih baik di seluruh Indonesia.
Perubahan ini lebih dari sekadar pergantian nama. Hal ini merupakan upaya besar untuk memperbaiki mekanisme penerimaan siswa baru agar lebih transparan dan adil bagi seluruh peserta didik.
Sistem SPMB 2025 ini bertujuan untuk mengatasi kelemahan dalam sistem PPDB yang sebelumnya, seperti ketimpangan daya tampung sekolah negeri, praktik jual beli kursi, serta terbatasnya akses bagi siswa berprestasi yang tidak tinggal di zona tertentu.
Dalam Sistem SPMB 2025, ada empat jalur utama yang akan dipertahankan dalam proses penerimaan siswa baru. Setiap jalur dirancang untuk memberikan kesempatan yang adil kepada semua calon murid, tanpa memandang latar belakang. Keempat jalur itu diantaranya adalah jalur domisili, afirmasi, prestasi dan mutasi.
“Ada hal baru dalam penerimaan peserta didik pada Tahun 2025. Pertama yang dulunya zonasi kini berubah jadi domisili. Untuk mekanismenya seperti apa, kami masih menunggu edaran resmi dari Kemendikdasmen,” tutur Kepala Dinas Pendidikan, Kota Batu, M Chori, Minggu (23/2/2025).

SISTEM BARU: Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu, M Chori saat memantau uji coba makan siang bergizi gratis di Kota Batu. Tahun ini ada sistem baru dalam penerima siswa baru. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Jalur ini diperuntukkan bagi siswa yang berdomisili di wilayah administratif yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Tujuan dari jalur domisili adalah mendekatkan lokasi tinggal siswa dengan sekolah yang mereka tuju.
“Arti domisili dalam hal ini, ketika ada irisan antara perbatasan daerah dengan Kota Batu, seperti Pujon, Dau atau Karangploso nantinya bisa diterima di sekolah-sekolah Kota Batu. Artinya jangkauan suatu sekolah lebih luas,” tuturnya.
“Jadi nanti anak-anak dari Pujon, Dau, Karangploso mungkin bisa bersekolah di Kota Batu. Ini akan memberikan kesempatan seluruh anak Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik tanpa terkotak-kotak,” imbuh Chori.
Meski muncul wacana tersebut, hingga saat ini Dinas Pendidikan Kota Batu masih menunggu teknis resmi turun. “Ketika nanti kebijakan turun, kami akan langsung melakukan tindak lanjut dengan perubahan Perwali tentang penerima siswa baru,” katanya.
Untuk memastikan pemerataan akses pendidikan yang lebih baik, kuota pada setiap jalur penerimaan akan disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Hal ini bertujuan untuk memastikan setiap siswa memiliki kesempatan yang setara, terlepas dari domisili atau kondisi sosial-ekonomi.
Penerapan SPMB 2025 bertujuan untuk memastikan setiap anak di Indonesia mendapatkan kesempatan yang setara dalam mengakses pendidikan berkualitas, tanpa terhalang oleh sistem zonasi yang ketat.
Selain itu, dengan sistem baru ini, diharapkan masalah-masalah seperti ketimpangan akses pendidikan, jual beli kursi, dan keterbatasan bagi siswa berprestasi dapat diatasi. (Ananto Wibowo)