
Para pedagang yang tergabung dalam HIPPAMA mengenakan kaos hitam bertuliskan 85,71% Menolak. Ini artinya ada 85,71% pedagang yang menolak pembongkaran PBM. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Rencana revitalisasi Pasar Besar Kota Malang (PBM) dengan pembongkaran total tampaknya masih ada kendala. Himpunan Pedagang Pasar Besar Malang (HIPPAMA) tegas menolak jika PBM dibongkar total terkait renovasi.
Ini terpotret dari kegiatan penyampaian petisi di area parkir PBM, Selasa (19/2/2025). Menurut Agus Priambodo, Wakil Ketua sekaligus Humas HIPPAMA, kegiatan penyampaian petisi itu karena Pemkot Malang dan sejumlah anggota dewan dituding melakukan pembohongan publik.
“Menurut mereka tinggal 15 persen yang menolak pembongkaran. Tetapi kenyataannya masih 3.600 an dari 4.500 an pedagang yang menolak pembongkaran total. Atau kurang lebih 85,71 persen yang menolak,” ungkap Agus.
Pemutar balikan fakta itu juga tampak dari banner besar yang dipasang di atas PBM. Menurut Agus, banner itu yang memasang pemkot sendiri karena akses ke atas yang punya kunci pemkot sendiri.
Pedagang juga beralasan kalau PBM
dibongkar total, butuh waktu yang panjang ketika pedagang direlokasi dan berada di tempat penampungan. Bisa 2 sampai 3 tahun.
Menurut Agus, sebenarnya ada dua pendapat dari uji kelayakan pasca-kebakaran PBM dulu. Kampus pertama menyataksn hasilnya tidak perlu dibongkar, tetapi cukup diperbaiki. Sedangkan hasil dari kampus kedua, harus dibongkar total.
Karena itu, pedagang menyarankan pemkot menggunakan uji forensik kampus pertama yaitu ITS Surabaya untuk dasar mengambil kebijakan merenovasi PBM. (Eka Nurcahyo)