
MALANG POST – Fenomena tagar ‘kabur aja dulu’ yang semakin marak, karena anak muda cenderung mencari pelarian. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di luar negeri, dengan harapan situasi mereka akan membaik.
Dosen Fakultas Psikologi UMM, Zakarija Achmat, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk, mengingatkan, keluar negeri tidak selalu menjamin kondisi yang didapat akan lebih baik. Karena tantangan baru seperti harus beradaptasi dengan lingkungan yang asing, bisa saja membawa dampak negatif pada psikis.
“Penting untuk memikirkan dengan matang, sebelum mengambil keputusan untuk pindah atau mencari kesempatan di luar negeri. Terkadang perbaikan yang dicari bisa datang melalui cara lain, tanpa harus meninggalkan tanah kelahiran,” jelasnya.
Hal senada disampaikan mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI), Dimas Samudera. Ketika pihaknya memutuskan kerja di Korea Selatan, karena pandangannya terhadap prospek kerja di Indonesia dirasa biasa saja.
“Memang manfaat besar dari pendapatannya yang mencapai 10 kali lipat, lebih banyak jika dibandingkan bekerja di Indonesia. Tapi, ada beberapa yang tantangan yang dialami. Salah satunya adaptasi dengan empat musim,” katanya.
Selama bekerja di Korea, Dimas juga menghadapi berbagai tekanan dan tantangan dalam pekerjaan. Terutama dalam hal beban kerja yang cukup berat, hingga membuat Dimas berpindah tempat kerja beberapa kali.
Karenanya, kata Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja dari Disnaker Kabupaten Malang, Tri Dharmawan, ada kualifikasi yang harus dipenuhi calon pekerja migran Indonesia (PMI), sebelum terbang ke luar negeri. Diantaranya sertifikasi keterampilan dan pemahaman bahasa yang cukup.
“Saat ini total sudah ada 10 ribu lebih pekerja migran dari Kabupaten Malang. Pada Januari 2025, tercatat ada 230 permintaan, yang justru mengalami penurunan secara year on year,” jelasnya.
Tri menjelaskan, 90 persen PMI asal Kabupaten Malang bekerja di sektor non formal, dengan negara tujuan terbanyak seperti Singapura, Malaysia, Korea dan Hong Kong.
Dia juga memberi imbauan PMI yang sudah selesai kontrak, harus kembali ke Indonesia agar tidak menjadi PMI ilegal.
Sementara itu, perwakilan dari Human Resources Department, Muhammad Yudi Ardiansyah menilai, ‘kabur aja dulu’ banyak dipicu oleh masifnya penyebaran konten dari para kreator. Yang tidak menyertakan gambaran lengkap soal kondisi nyata di luar negeri baik dari sisi positif maupun negatifnya.
Selain itu, Yudi menyoroti bagaimana nilai tukar mata uang yang lebih tinggi di beberapa negara tujuan, membuat banyak orang tergiur dengan gaji yang tampak besar.
“Padahal gaji yang diterima sebenarnya bisa dibilang masih kecil kalau dikaitkan dengan biaya hidup,” jelasnya.
Yudi juga menyinggung soal kondisi lapangan kerja di Indonesia, meskipun saat ini tantangan di pasar kerja dinilai cukup besar. Tapi jika individu memiliki kemampuan yang tepat, maka peluang untuk sukses akan terbuka lebar. (Faricha Umami/Ra Indrata)