![](https://malang-post.com/wp-content/uploads/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-13-at-14.30.39_bf8c06db-1024x683.jpg)
MALANG POST – Perayaan hari Valentine atau hari kasih sayang jatuh setiap tanggal 14 Februari di setiap tahunnya. Salah satu usaha di Kota Batu yang banyak ketiban berkah dari moment ini adalah para penjual bunga potong.
Diketahui, menjelang momen tahunan itu, permintaan bunga potong mengalami kenaikan hingga tiga kali lipat dari biasanya. Ini diungkapkan oleh salah satu supplier bunga potong mawar di Kota Batu, Jumadi.
“Permintaan bunga potong mawar mengalami peningkatan sejak Minggu, (9/2/2025) lalu. Permintaan naik tiga kali lipat dari hari biasa,” tutur Jumadi, Kamis (13/2/2025).
Dia memaparkan, di hari biasa pihaknya mengirimkan sebanyak 1.500 tangkai bunga mawar ke Bali. Kemudian sejak hari Minggu lalu dirinya mendapat permintaan kiriman bunga potong sebanyak 4.500 tangkai.
“Alhamdulillah, Valentine jadi berkah bagi kami. Sebanyak 4.500 tangkai bunga mawar yang kami kirim itu hanya bunga mawar merah, belum termasuk yang mawar putih,” urai dia.
Meskipun permintaan melonjak, Jumadi masih bisa memenuhi permintaan mawar tersebut dari Kota Batu sendiri. Sebab, petani mawar telah banyak di Desa Bulukerto maupun desa lain di Kecamatan Bumiaji. Oleh karena itu, dia tidak khawatir akan kehabisan stok bunga mawar.
“Memang pasar terbesar kami datang dari Bali. Karena pemanfaatan bunga mawar disana sangat tinggi,” imbuhnya.
Peningkatan permintaan mawar menurut Jumadi, biasanya tidak berlangsung lama. Setelah tanggal 14 Februari, permintaan akan kembali normal seperti hari-hari biasa.
Meski begitu, dia berharap permintaan akan terus tinggi. Sehingga petani dan juga supplier bunga bisa terus berputar ekonominya.
“Tahun kemarin permintaan ramai hanya sampai 14 Februari. Mungkin karena berbarengan dengan Pemilu. Tahun ini kami berharap ramianya permintaan akan sedikit bertahan lama,” ujarnya.
![](https://malang-post.com/wp-content/uploads/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-13-at-14.30.39_daf106b5-1024x683.jpg)
PACKING BUNGA: Salah satu supplier bunga potong di Kota Batu, Jumadi saat mem packing bunga potong yang hendak dikirim. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Senada, petani sekaligus suplier bunga potong di Desa Gunungsari, Ninik Arifah juga mengalami hal yang sama dengan Jumadi, yakni mengalami peningkatan permintaan bunga potong di momen hari Valentine.
“Kalau hari biasa, rata-rata kami kirim 1.000 tangkai. Sedangkan sejak beberapa hari lalu, permintaan meningkat jadi 3.000 tangkai,” ungkapnya.
Bunga mawar merah diakuinya menjadi incaran selama momen-momen spesial seperti Valentine. Peningkatan juga terjadi saat bulan-bulan tertentu yang banyak agenda pernikahan dan kebutuhan dekorasi.
Bunga potong biasa dipanen dari kebun antara dua hingga tiga kali dalam sepekan. Sekali panen, Ninik bisa memotong 1.000-2.000 bunga mawar dari sekitar 4 petak lahan.
“Setelah itu harus dikasih pupuk lagi, kalau cuaca mendukung tumbuhnya bisa cepat,” imbuhnya.
Lebih lanjut, dia juga menyampaikan, cuaca ekstrem seperti yang terjadi beberapa hari terakhir di Kota Batu mempengaruhi menurunnya hasil panen. Sebab, angin kencang dan hujan kerap mengakibatkan banyak bunga di lahan yang rusak.
Sebab itu, dia juga kerap mengambil pasokan bunga dari petani lain untuk memenuhi tingginya permintaan. Seperti pada saat momen menjelang Valentine, Ninik kesulitan memenuhi pesanan yang tinggi dari wilayah Jakarta dan Bali. Sehingga dia juga sesekali membeli dari petani lain.
Akibat stok yang minim di tengah permintaan melonjak, harga ikut naik tiga kali lipat sejak dua pekan jelang Valentine. Dia menyiasati dengan menjual per ikat bunga potong.
“Harganya dari petani Rp800 per tangkai, ada yang Rp1.000. Sampai sini (dijual) Rp1.500 – Rp3.000 atau Rp4.000. Kalau per ikat biasanya isi 30 potong Rp50 ribu, sekarang bisa Rp100 ribu, karena memang petani mengeluh (stok) bunganya nggak ada,” rincinya.
Dia menyebut, lonjakan dan harga biasa terjadi hingga dua hari jelang momentum, yakni Rabu (11/2/2025). Ninik berharap, cuaca buruk tak berkepanjangan. Sehingga pelaku usaha seperti dirinya bisa kembali produksi lebih maksimal.
Apalagi, harus mempersiapkan suplai bunga untuk momen-momen penting berikutnya. Seperti hari raya lebaran dan pasca lebaran yang banyak digunakan untuk menikah dan acara-acara penting lainnya.
“Cuaca ekstrem berdampak ke hasil. Sejak November dan Desember sudah hujan. Kalau cuaca panas malah bagus hasilnya, kalau hujan malah rusak,” tutupnya. (Ananto Wibowo)