![](https://malang-post.com/wp-content/uploads/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-09-at-19.11.03_abd38d99.jpg)
Dito Arief Nurakhmadi, Anggota Komisi C DPRD Kota Malang. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Pencemaran dari TPA Supiturang Kota Malang hingga menimbulkan bau tak sedap yang dikeluhkan warga Jedong, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, ternyata hingga kini belum ada titik penyelesaian. Meski DPRD sudah memanggil Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang beberapa bulan lalu, persoalan itu masih belum ada penyelesaian.
“Belum ada penyelesaian hingga kini. Karena itu ke depan perlu duduk bareng antara eksekutif dan legislatif dari Kota Malang dan Kabupaten Malang, guna menemukan solusi terkait masalah TPA Supiturang yang dikeluhkan warga Jedong,” kata Dito Arief Nurakhmadi, anggota Komisi C DPRD Kota Malang, Minggu (9/2/2025).
Dito Arief yang juga politisi Nasdem ini tidak sependapat dengan statement DLH Kota Malang yang menyatakan bahwa bau tak sedap yang dikeluhkan warga Jedong itu dari pencemaran peternakan ayam.
“Saya itu S3 Lingkungan Hidup, dan pencemaran yang dikeluhkan warga Jedong secara kasat mata dari TPA. Kok dengan entengnya DLH bilang, itu dari peternakan ayam yang terbawa angin,” papar Dito Arif.
Karena itu, Dito mendorong agar pemkot segera menuntaskan masalah ini. Melalui pertemuan bersama antara Pemkot dan Pemkab Malang.
Seperti diketahui, warga Desa Jedong, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, sambat kepada Komisi C DPRD Kota Malang pada 22 Januari 2025 lalu. Karena dampak negatif TPA Supiturang
di dua dusun desa itu, yakni kesulitan air bersih dan terpapar bau sampah.
Warga berharap, kejelasan solusi hidup lebih layak didapatkan dan dijamin oleh pemerintah, baik Pemkot Malang, DPRD Kota Malang dan Pemkab Malang.
Masalah ini telah berlangsung lama tanpa penyelesaian konkret. Sampai saat ini, pemerintah belum memberikan kejelasan tentang masalah itu.
Warga butuh air bersih dan ambulans untuk membantu mereka yang terdampak masalah kesehatan. warga meminta pemerintah menyediakan sumur bor artesis dengan biaya operasional rendah.
Menurutnya, sumur bor penting, agar dua dusun yang terdampak langsung bisa mendapatkan air bersih terjangkau. Karena saat ini warga kesulitan memenuhi kebutuhan dasar.
Selain itu, bau sampah dari TPA Supiturang berdampak ke seluruh desa. Dengan adanya TPA, nilai aset desa menurun.
Bau ini semakin parah setelah hujan atau saat cuaca panas. Nilai aset desa menurun, bahkan ada perumahan yang tutup, karena lokasi dekat TPA.(Eka Nurcahyo)