MALANG POST – Kiprah Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tidak perlu diragukan lagi. Salah satunya di bidang ketahanan pangan.
Kali ini melalui Program Profesor Penggerak Pembangunan Masyarakat (P3M) yang dikomandani Prof. Dr. Indah Prihartini, guru besar pertanian UMM.
Sejak lama, Kampus Putih telah mengembangkan pertanian organik di berbagai wilayah di Indonesia. Termasuk Bondowoso yang potensinya sukses dikembangkan oleh UMM.
Bahkan ini menjadi bidang utama kerjasama antara UMM dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) Indonesia untuk menjadikan Bondowoso sebagai percontohan nasional.
Terutama di bidang pertanian organik yang akan dikembangkan lebih luas lagi ke berbagai daerah-daerah di seluruh Indonesia.
Wakil Menteri Diktisaintek Prof. Fauzan turut hadir bersama rombongan, meninjau dan melepaskan beras organik Bondowoso ke berbagai kota pada 17 Desember 2024.
Mendampingi Bondowoso sejak 12 tahun lalu, UMM sukses menjalankan inovasinya berupa pengembangan pertanian organik dan produk pupuk hayati untuk mendukung para petani.
Dengan support penuh dari pemerintah Bondowoso, program ini mendorong petani setempat untuk meningkatkan ekonomi lokal melalui pertanian organik.
Menariknya, sekarang omzet yang didapat bisa mencapai 1 sampai 2 miliar dengan jumlah produksi 30 hingga 50 ton beras organik perbulan.
Turut hadir Pj Bupati Bondowoso Muhammad Hadi Wawan Guntoro, M.Si., CIPA. Ia berharap anak-anak muda Bondowoso bisa terinspirasi dari kerja keras Prof Indah selama ini untuk memberikan manfaat.
Menurutnya, Bondowoso juga sudah siap dijadikan role model yang bisa dicontoh oleh berbagai daerah di Indonesia. Apalagi dengan kehadiran pakar pertanian UMM seperti Prof Indah.
“Ini juga menjadi bentuk upaya kami dalam mendukung salah satu program utama Presiden Prabowo Subianto. Yakni mengembangkan ketahanan pangan yang kuat dan mandiri,” katanya.
Adapun UMM mengawali pengabdiannya dengan menjalankan pertanian organik di lahan seluas 20 hektar di Desa Lombokkulon, Bondowoso pada 2013.
Kemudian bertambah 20 hektar setiap tahunnya hingga tahun 2017. Berkat hasilnya yang memuaskan, UMM melebarkan sayapnya ke berbagai desa lain seperti di Desa Sulek, Taal, Gadingasri dan lainnya.
Hingga kini, sudah ada ratusan hektar yang sukses digarap dan menuai hasil positif. Bahkan sudah mendapatkan sertifikasi organik internasional.
Sementara itu, Fauzan menjelaskan bahwa memajukan Indonesia bisa dilakukan dengan memulainya dari usaha desa-desa, sebagaimana yang telah dilakukan perguruan tinggi seperti UMM selama ini.
Menurutnya, ekosistem yang bagus sudah terbentuk di Bondowoso, utamanya di desa Lombok Kulon. Maka, ia berharap upaya-upaya yang dilakukan bisa terus dijalankan dengan cara mendorong anak-anak Bondowoso untuk melanjutkan pertanian organik di masa depan. Ini menjadi modal Bondowoso sebagai wilayah percontohan pertanian organik.
“Prof Indah dan tim UMM tentu tidak selamanya bisa mendampingi. Maka, anak-anak asli Bondowoso harus bisa melanjutkan upaya yang sudah dimulai ini. Kelanjutan sumber daya manusia berkualitas merupakan hal penting yang juga harus diperhatikan,” katanya menambahkan.
Adapun rombongan Wamendiktisaintek ingin pengabdian yang dilakukan tim UMM di Bondowoso bisa menjadi rolemodel nasonal. Dengan begitu, manfaat-manfaatnya bisa dirasakan di seluruh Indonesia. Para profesor harus mampu turun ke masyarakat dan memberikan solusi konkret.
Sementara itu, Wakil Rektor IV UMM Muhammad Salis Yuniardi, Ph.D. menjelaskan bahwa visi misi Kampus Putih tentu sejalan dengan pemerintah yang dipimpin Presiden Prabowo. Utamanya dalam hal ketahanan pangan, mandiri energi, dan lainnya.
“Kami berkomitmen agar Lombokkulon Bondowoso tidak hanya berhenti di bidang pertanian organik. Tapi juga bisa menajdi wilayah mandiri energi.”
“Ada banyak potensi di sini seperti panas yang menyengat dan juga aliran air sungai yang deras dan konstan. Ini menjadi potensi untuk bisa jadi wilayah mandiri energi,” pungkasnya. (*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)