MALANG POST – Amblasnya jalan di Kelok Sembilan di Jalur Lintas Selatan (JLS), akibat hujan yang terjadi terus menerus. Catatan BPBD, hujan itu terjadi sekitar dua pekan dan tidak kunjung reda.
Hal itu disampaikan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.6 Provinsi Jatim Pansela 3, Leo Aditya Mahardhika, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Selasa (17/12/2024).
Leo menjelaskan, Kelok Sembilan itu sebenarnya titik alternatif yang bisa digunakan menuju pantai Modangan. Tapi sampai saat ini masih belum dibuka secara resmi.
“Termasuk juga pengerjaannya juga masih terputus, untuk bisa tembus sampai Kabupaten Blitar. Ketika terjadi ambles, tidak ada korban jiwa,” katanya.
Untuk lokasi tanah ambles sendiri, tambahnya, luasnya 60 meter dengan kedalaman sampai 122 meter.
Dosen Departemen Teknik Sipil Bidang Geologi Teknik Universitas Brawijaya, Dr. Arief Rachmansyah menjelaskan, soal jalan Kelok Sembilan JLS yang amblas, ada kemungkinan karena masuk kawasan kars atau curing (kawasan batu gamping).
“Ada juga kemungkinan tanahnya ini mengalami proses pelarutan yang secara cepat, imbas bagian bawah ada sungai atau goa,” katanya.
Tetapi untuk kepastiannya, Arief mengaku belum tahu karena masih besok akan turut cek ke lokasi.
“Hasil dari laporan yang disampaikan SDA Provinsi Jatim, memang amblasan yang terjadi tidak cukup lebar, tapi cukup dalam,” sebutnya.
Sementara itu, Plt Kalaksa BPBD Kabupaten Malang, R Ichwanul Muslimin menjelaskan, terjadinya tanah amblas di Kelok Sembilan dinilai tidak mempengaruhi aktivitas masyarakat sekitar. Karena selama ini juga belum diresmikan untuk bisa dilewati. Jadi masyarakat lewatnya di beberapa jalur alternatif sekitar.
“Wisatawan juga tidak menggunakan jalan ini ketika berwisata ke pantai. Tapi lewatnya Sumberoto Donomulyo.”
“Jadi titik tanah ambles ini, posisinya ada di bagian paling barat perbatasan ke Blitar,” katanya.
Ichwanul menambahkan, akibat terjadinya erosi ada pergerakan di bagian bawah tanah, sehingga terjadi tanah amblas. Hal ini juga akibat konstruksinya yang kurang padat,” katanya. (Wulan Indriyani/Ra Indrata)