MALANG POST – Universitas Brawijaya (UB) melalui UPT Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (UPT PKM) meluncurkan “Griya Moderasi Beragama” di Gazebo Raden Wijaya, Rabu (11/12/2024).
Moderasi beragama dapat dipahami sebagai upaya serta proses peletakan pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang dilakukan secara benar, seimbang, dan fungsional.
Upaya serta proses ini diyakini dimiliki semua ajaran agama. Islam misalnya, menawarkan konsep moderasi beragama yakni mengambil jalan tengah(tawassuth), berkeseimbangan (tawazzun), lurus dan tegas (i’tidal), toleransi (tasamuh), reformasi (islah), serta dinamis inovatif (tathawwur, ibtikar).
Ketua panitia peluncuran Griya Moderasi Beragama Universias Brawijaya, In’amul Wafi, M.Ed dalam sambutannya menjelaskan.
Bahwa hadirnya program ini sangat relevan bagi kehidupan kampus, terlebih bagi generasi muda seperti halnya mahasiswa. Karena hanya dengan cara itulah keragaman dapat disikapi dengan bijak serta toleransi dapat diwujudkan.
“Banyak karakter mahasiswa UB yang perlu terus diperbaiki, terutama menyangkut toleransi antar-agama,” kata Wafi.
Rektor UB, Prof. Widodo, mengatakan bahwa program yang digagas pemerintah melalui Kementrian Agama ini, sejalan dengan tujuan dan cita-cita UB dalam membentuk karakter sivitas akademika yang toleran, moderat, serta memiliki komitmen pada Pancasila sebagai konsesus dalam berbangsa dan bernegara.
Dr. Mohamad Anas, M.Phil dan Rektor UB Prof Widodo (kanan). (Foto: Istimewa)
UB berkomitmen untuk menjadi perguruan tinggi yang inklusif, bermartabat dan humanis. Ke depan UB juga akan mendukung penuh segala program yang akan dijalankan oleh Griya Moderasi Beragama.
“Keberadaan kita akan menjadi rahmat bagi semua jika sebagai individu mampu bersikap respek terhadap semua makhluk, termasuk alam semesta,” kata prof Widodo.
Dalam acara launching Griya Moderasi Beragama ini, juga digelar diskusi dan peluncuran buku bertajuk “Mewujudkan Harmoni Sosial Meneguhkan Keislaman dan Kebangsaan.”
Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan para dosen agama UB sebagai bentuk refleksi 70 tahun pemikiran Prof., Dr, Tohir Luth, M.A., guru besar pertama di bidang pendidikan Agama Islam UB yang baru saja purna tugas.
Hadir sebagai pembedah Dr. Mohamad Anas, M.Phil, Kepala UPT PKM Universiats Brawijaya. Dalam paparannya, Mohamad Anas menjelaskan bahwa membaca pikiran Prof. Tohir terkait wacana syariat Islam, misalnya, tidak terlepas dari teks dan konteks.
Dia mengawali dengan asumsi antara agama dan politik adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Kegamangan yang terjadi dalam melihat relasi keduanya lebih diakibatkan oleh pengaruh kolonial berupa penjinakan fikih syiyasah untuk kepentingan politiknya, di samping juga faktor ketidaktahuan umat Islam.
Menurut Mohamad Anas, catatan penting gagasan Prof. Tohir terkait syariat Islam terletak pada idea moral di dalamnya. Dia melihat maqasid syariah sebagai perwujudan kehidupan sosial yang harmonis dan menghargai kemanusiaan secara universal.
“Yang menarik dari Prof. Tohir meskipun secara eksplisit menyerukan penegakan syariat Islam, namun menerima Pancasila sebagai harga mati karena menganggap bahwa Pancasila sudah mencakup nilai-nilai Islam,” kata Mohamad Anas.
Dia menambahkan para penulis buku dan beberapa peserta juga memberikan tanggapan atas pemikiran Prof Tohir. Sebagian menyoroti kiprah pemikiran beliau terkait tema keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan.
Peluncuran Griya Moderasi Beragama sekaligus diskusi dan peluncuran buku tersebut dihadiri 60 peserta. Selain jajaran pejabat tinggi UB, juga melibatkan para dosen pengampu mata kuliah wajib kurikulum (MKWK) yang terdiri dari dosen Agama, Pancasila, Kewarganegaran, dan Bahasa Indonesia (*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)