MALANG POST – Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT-UB) mengadakan FGD (Focus Group Discussion) Metaverse Kayutangan melalui Prototipe aplikasi ARchive berbasis teknologi Augmented Reality (AR), Rabu (11/12/2023).
Hal ini terkait inovasi yang diprakarsai Dr Eng Ir Herry Santosa ST MT IPM. Berbagai pihak diundang termasuk Forkom Pokdawis Kota Malang
Aplikasi ini bertujuan mempromosikan bangunan bersejarah melalui metode storytelling learning. Acara ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk memberikan masukan sebelum aplikasi dirilis.
Ketua Peneliti Pelaksana Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Dr Herry Santosa menyampaikan, aplikasi ARchive merupakan bagian dari penelitian terapan yang didukung Dikti pada tahun 2024.
Ia menjelaskan, aplikasi ini memanfaatkan teknologi AR berbasis mobile serta website untuk mendukung akses informasi.
“Studi kasusnya kami ambil di Kampoeng Heritage Kayutangan yang kaya akan cagar budaya berupa bangunan kolonial,” ujarnya.
Menurut Dr. Herry, aplikasi ini memungkinkan wisatawan menjelajahi sejarah dan keunikan bangunan melalui teknologi modern. Fitur utama ARchive adalah model 3 (tiga) dimensi bangunan yang dipadukan dengan aplikasi Cesium berbasis koordinat kebumian.
“Kami juga menghadirkan automatic avatar yang menyampaikan cerita sejarah dalam bahasa Indonesia secara interaktif,” tambahnya.
Aplikasi ini tidak hanya menampilkan informasi sejarah bangunan. Tetapi juga mendokumentasikan ornamen detail yang menjadi daya tarik arsitektur kolonial.
Wisatawan dapat memanfaatkan teknologi AR untuk berinteraksi langsung di lokasi. Sebagai alternatif, website yang terhubung dengan aplikasi disiapkan untuk wisatawan yang tidak berada di lokasi.
“Kini fokus kami lebih spesifik pada Kampoeng Heritage Kayutangan agar wisatawan dapat menjelajahi kekayaan budaya secara menyeluruh,” tuturnya.
CEO PT. Wolftagon, Anna Jihad Fatihah, turut berperan dalam pengembangan aplikasi ini bersama timnya. Ia menyebut, proyek ini sebagai langkah adaptasi ekonomi digital yang dapat memberikan dampak positif bagi pemilik rumah di Kampoeng Heritage Kayutangan.
“Proyek ini mendorong transformasi dari sistem tradisional menjadi digital, termasuk integrasi pembayaran cashless,” jelas Anna.
Anna menambahkan, pengembangan aplikasi AR seperti ini menghadirkan tantangan besar, terutama terkait kompatibilitas teknologi dengan perangkat keras.
Menurutnya, timnya akan berhasil menyelesaikan proyek ini dengan baik karena tim PT. Wolftagon sebelumnya juga berpengalaman dalam pengembangan teknologi AR dan VR.
“Kami akan berhasil menyelesaikan proyek ini dengan baik dan berharap, bisa memberikan manfaat signifikan bagi masyarakat,” katanya.
Sebagai informasi, aplikasi ARchive dirancang untuk memberikan pengalaman wisata interaktif dengan narasi yang menarik. Metode storytelling yang digunakan menceritakan perjalanan sejarah setiap bangunan secara runtut.
Dengan teknologi ini, cerita di balik rumah cagar budaya dapat dinikmati dengan lebih mendalam dan menarik.
Pengembangan aplikasi ini telah dimulai sejak Mei 2024 dan ditargetkan beroperasi pada tahun depan. Namun tim peneliti sudah melakukan inovasi digital di kawasan koridor kayutangan sejak 2018. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)