MALANG POST – Penurunan kasus stunting di Kota Batu terus diseriusi pemerintah setempat. Keseriusan ini diwujudkan dengan pemberian fasilitas dokter spesialis untuk anak terindikasi stunting.
Salah satu bayi terindikasi stunting yang akan difasilitasi dokter anak itu adalah CS, seorang bayi perempuan berusia 14 bulan yang menunjukkan perkembangan kurang maksimal untuk anak seusianya.
Indikasi perkembangan tak maksimal itu karena saat ini berat badannya baru 8,3 kilogram dan tingginya 72,5 centimeter. CS sendiri merupakan warga Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Mendengar kondisi tersebut, Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai turun langsung melakukan kunjungan ke kediaman CS. Setelah kunjungan, Pj Aries menceritakan bahwa CS adalah anak yang aktif dan ceria.
“Tantangan terbesarnya adalah kurangnya nafsu makan dan ketidaksukaan terhadap susu. Kondisi inilah yang menjadi tantangan bagi orang tua dan tenaga kesehatan,” papar Pj Aries, Selasa (19/11/2024).
Dengan temuan tersebut, Pj Aries langsung menginstruksikan agar Dinkes Kota Batu memfasilitasi CS untuk bertemu secara langsung dengan dokter spesialis anak, minggu depan. Ini bertujuan agar dapat ditemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi.
KUNJUNGI: Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai saat berkunjung ke kediaman CS, seorang anak terindikasi stunting di Kota Batu yang memerlukan perhatian penuh. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
“Stunting bukan hanya urusan pemerintah, tetapi tanggung jawab kita bersama. Saya yakin dengan dukungan keluarga, tenaga medis dan seluruh masyarakat pada tumbuh kembang anak-anak, dengan memastikan mereka mendapatkan nutrisi yang cukup, persoalan stunting yang tinggal kurang 1 poin ini bisa teratasi dengan cepat,” tuturnya.
Karena itu, dia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama memberikan perhatian lebih pada tumbuh kembang anak-anak. Dengan penanganan yang tepat dan dukungan dari lingkungan sekitar, anak-anak stunting dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, per September lalu prevalensi stunting di Kota Batu berada di angka 10,65 persen, dari yang sebelumnya masih berada di angka 12,16 persen pada Tahun 2023 lalu.
Meski prevalensi stunting sudah di angka 10,65 persen, Pemkot Batu tak mau bersantai-santai. Di akhir tahun nanti, mereka menargetkan prevalensi stunting di Kota Batu menyisakan satu digit.
Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai target tersebut, di antaranya pemantauan berkala pasien pendampingan, memastikan penanganan oleh dokter spesialis, juga percepatan pelayanan Posyandu.
“Angka stunting harus terus di tekan di Kota Batu,” tegas Pj Aries.
Dia mengungkapkan, saat beberapa kali melakukan pemantauan langsung ke masyarakat. Diketahui masyarakat perlu bantuan konsultasi lebih intens. Penekanan dari pendamping diperlukan agar tak sampai ada pengabaian oleh keluarga kepada kesehatan balita. Sehingga tidak semakin banyak keluarga yang tercatat berisiko stunting.
“Stunting di Kota Batu penurunannya cukup baik. Harapan kami lebih signifikan penurunannya, kami akan terus melihat secara langsung kondisi masyarakat,” tutur dia.
Pada Tahun 2024 ini, Kota Batu menargetkan bisa menurunkan angka stunting ke angka 8 persen. Sedangkan pada September kemarin, angka prevalensi stunting sudah berada di angka 10,65 persen.
Rangkaian intervensi dilakukan untuk mendorong pemberian gizi optimal khususnya pada balita di Kota Batu. Meski ada pendampingan, Pj Aries menyebut tak ingin ada salah langkah. Sehingga pelibatan konsultasi dokter spesialis menjadi kunci penanganan tepat.
“Kami menargetkan bisa turun 1 digit di akhir 2024. Mungkin sekarang angkanya sudah sekitar 10,13 persen, jika bisa turun satu digit sudah lebih baik,” tutupnya. (Ananto Wibowo)