MALANG POST – Lomba olahraga tradisional kembali meramaikan perayaan Lustrum XIV Dies Natalis ke-70 Universitas Negeri Malang (UM).
Tahun ini, lomba egrang dan bakiak menjadi ajang yang dinantikan oleh civitas akademika. Diikuti oleh dosen, tenaga kependidikan, dan pegawai UM, acara ini berhasil mengumpulkan 27 tim peserta dari berbagai unit di UM.
Abi Fajar Fathoni, S.Pd., M.Pd., selaku penanggung jawab lomba, menekankan pentingnya kegiatan ini dalam membangun kekompakan dan tanggung jawab bersama.
“Lomba ini bertujuan menciptakan suasana ceria bagi semua kalangan. Kami berharap melalui kegiatan berkelompok ini, civitas akademika dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan menjaga semangat kompetisi yang sehat,” ujar Abi.
Permainan egrang dan bakiak tidak hanya menguji keterampilan, tetapi juga memiliki filosofi mendalam.
“Egrang melatih keseimbangan diri, sedangkan bakiak menggambarkan kekompakan yang kuat dan selaras menuju tujuan yang sama,” tambahnya.
Para dosen dan tenaga kependidikan meramaikan lomba tradisional dalam perayaan Lustrum XIV Dies Natalis ke 70th. (Foto: Humas UM For Malang Post )
Momen lucu seperti jatuhnya peserta atau egrang yang miring turut menambah keceriaan.
Abi juga menjelaskan bahwa salah satu tantangan utama lomba adalah ukuran lintasan yang terbatas.
“Kesulitannya adalah lebar lintasan yang kurang. Namun, kami mengatasinya dengan mengadakan babak penyisihan agar setiap tim dapat tampil maksimal,” jelasnya.
Pada tahun ini, perlombaan egrang dan bakiak berhasil menobatkan tiga tim pemenang. Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) meraih juara pertama lomba egrang, sementara Direktorat Sarana, Prasarana, dan Aset berhasil memenangkan kategori bakiak putra. Kategori bakiak putri dimenangkan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Abi berharap, kemenangan ini tidak hanya dirayakan sebagai prestasi, tetapi juga menjadi motivasi untuk terus berlatih dan mempererat kebersamaan.
“Saya yakin setelah lomba ini, akan ada tim-tim yang mempersiapkan diri untuk lomba berikutnya, berlatih secara rutin,” katanya.
Lomba tradisional ini tidak hanya sekadar ajang kompetisi, tetapi juga sebagai wadah merajut kebersamaan dan memupuk nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari. Di masa mendatang, Abi berharap lomba tradisional ini bisa terus diadakan dan semakin membumi di UM. (*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)