MALANG POST – Diringi kumandang Salawat membuka acara Maulid Nabi Muhammad Saw dan Pembukaan Posko Kemenagan ABADI di Jl Letjen Sutoyo Gang 3.Warga dan tokoh masyarakat berkumpul rembug warga, menyambut kembalinya Abah Anton ke panggung politik.
Erwin, Ketua RW 03 Kelurahan Lowokwaru, menyatakan kerinduan warga terhadap sosok Abah Anton.
“Warga Lowokwaru rindu, serindu-rindunya Abah Anton. Kami berharap Abah Anton bisa kembali memimpin dan mengembalikan Kota Malang yang bermartabat seperti dahulu,” ujarnya.
Pernyataan yang diamini oleh Ketua Posko Pemenangan Teti Irawati, wanita yang turut menggerakkan dukungan dari masyarakat setempat, merelakan rumahnya dijadikan posko Kemenangan Abah Anton.
“Saya ingin Abah Anton kembali, saya sediakan rumah saya untuk posko kemenangan, semoga menang,” ujar Teti.
Senada, ketua RT Fauzi juga menyampaikan hal yang sama. Ingin Abah Anton kembali memimpin kota Malang.
“Alhamdulillah Abah Anton kembali mencalonkan, warga RT 5 RW 3 Lowokwaru bulat tekad mendukung Abah Anton,” tutur Fauzi.
Cawali Malang nomor urut tiga, HM Anton, saat meresmikan pembukaan Posko Pemenangan ABADI di Jl Letjen Sutoyo Gg 3. (Foto: Istimewa)
Merespons, Abah Anton dalam sambutan menyampaikan apresiasi yang tinggi pada warga. Abah Anton berkesempatan membuka Posko Pemenangan di RT 05, RW 03 Lowokwaru.
Selanjutnya, Abah Anton mengungkapkan bahwa kehadirannya bukan atas inisiatif pribadi, melainkan karena permintaan warga yang menginginkan pemimpin yang tulus dan peduli dengan kebutuhan masyarakat.
“Saya tidak meminta, tetapi masyarakat yang mengundang saya untuk hadir. Mereka ingin melihat pembangunan Kota Malang kembali bermartabat,” jelas Abah Anton dengan rendah hati.
Ia juga menegaskan pentingnya sinergi antara ulama dan umara, serta visi membangun Kota Malang yang sejahtera.
“Saya ingin Malang menjadi kota yang baldatun tayyibatun warabbun ghafur. Pemerintah bukan raja, tetapi pelayan masyarakat. Pemimpin harus adil dan tahu persoalan rakyatnya,” tegasnya.
Abah Anton juga menekankan pentingnya blusukan dan mendekatkan diri kepada masyarakat.
“Dulu setelah dilantik, saya langsung turun ke lapangan, bukan untuk pencitraan, tapi untuk benar-benar mendengar dan memahami masalah yang dihadapi warga. Kepala daerah itu harus menyelesaikan dirinya secara ekonomi, sehingga tidak mencari keuntungan dari jabatan,” katanya.
Ia juga menyampaikan pentingnya reformasi birokrasi dan pelayanan maksimal kepada masyarakat.
“Lurah atau camat tidak boleh meminta uang dari masyarakat. Saya telah berjuang memberikan tunjangan yang layak kepada pegawai agar pelayanan semakin baik.”
Hadir bersama warga Letjen Sutoyo, KH. Mansur mendampingi Abah Anton, turut memberikan restu dan doa. (Eka Nurcahyo)