
MALANG POST – Apa yang dilakukan oleh salah satu dosen UIN (Universitas Islam Negeri) Malang ini, mungkin tidak bisa ditiru kebanyakan orang. Selain berprestasi dalam mengajar, dia juga penyanyi dan pencipta lagu.
Whida Rositama, M.Hum, CT berulang kali memikat hati pendengarnya, melalui liukan suaranya. Terbaru dia menghadirkan karya emosionalnya melalui sebuah lagu “Philophobia.”
Lagu ini terinspirasi dari kondisi nyata yang jarang dibicarakan, yaitu trauma takut mencintai. Liriknya mendalam dan melodi yang menyentuh, Miss Whida biasa dipanggil, berhasil menyuarakan isi hati mereka yang terluka dan enggan menjalin hubungan emosional karena takut akan rasa sakit.
Rilis lagu ini bertepatan dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia, Kamis (10/10/2024). Menjadikannya lebih dari sekedar musik. Melainkan sebuah kampanye untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Beber dosen aktif dari Fakultas Humaniora UIN Malang ini.
Mengangkat tema kesehatan mental, khususnya tentang philophobia. Miss Whida berharap agar Philophobia bisa menjadi suara bagi mereka yang merasa tersisih oleh ketakutan yang sering kali tidak dipahami orang lain.
Lewat lagu ini, dia ingin mengajak masyarakat untuk lebih peka dan berempati terhadap kondisi tersebut. Sekaligus mengingatkan bahwa kesehatan mental adalah bagian penting dari kehidupan yang sering diabaikan.
Dengan aransemen musik yang minimalis dan tajam, Philophobia menyajikan nuansa yang intim dan pribadi. Penggunaan instrumen yang sederhana berpadu harmonis dengan melodi sepi yang menggambarkan perasaan kehilangan dan ketakutan, menciptakan atmosfer yang menyelimuti inti dari lagu ini.
Setiap kata dalam liriknya laksana hembusan napas yang berbisik tentang luka tersembunyi, mengingatkan bahwa ketakutan terdalam sering kali adalah yang paling sulit dibicarakan.
“Lagu ini adalah bentuk empati saya kepada mereka yang hidup dalam ketakutan akan cinta,” ungkap Miss Whida dalam konferensi pers di Malang.
“Saya berharap, melalui Philophobia, mereka yang merasa takut bisa menemukan keberanian untuk terbuka, dan membantu orang lain memahami bahwa cinta, dengan segala risikonya, adalah bagian dari perjalanan hidup yang layak diperjuangkan.”
Lagu ini tidak hanya bicara tentang cinta, tapi juga tentang perjuangan menghadapi ketakutan terdalam. Miss Whida, dengan sensitivitasnya, menciptakan ruang bagi mereka yang sering kali tak terdengar—orang-orang yang terluka dan takut melangkah dalam cinta.
Lagu ini adalah wujud empati, sebuah upaya untuk menjembatani kesenjangan antara mereka yang terluka dan dunia yang sering kali kurang memahami. Philophobia menjadi sebuah suara bagi mereka yang ingin mengeksplorasi makna cinta dari perspektif yang lebih mendalam.
Dengarkan Philophobia di berbagai platform musik digital mulai 10 Oktober 2024, dan mari bersama-sama meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental bersama Miss Whida. (*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)