MALANG POST – Beberapa kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa yang terjadi belakangan ini, menjadi sorotan topik dalam acara Forum Komunikasi, Diskusi dan Belajar Terbuka bertajuk MUNIO ! yang diadakan Stikosa AWS.
Acara digelar di halaman kampus Stikosa AWS, Jl. Nginden Intan Timur I/18 Surabaya, Sabtu malam (5/10/2024) mendapat sambutan sangat baik dari para pengunjung.
Selain mahasiswa dan dosen Stikosa AWS, hadir sejumlah mahasiswa dan dosen beberapa universitas di Surabaya serta sejumlah praktisi Ilmu Komunikasi.
Acara diskusi dipandu Dr Sukowidodo yang secara piawai mengarahkan para tokoh untuk bicara sesuai keahliannya. Antara lain Ketua Stikosa AWS, Dr Jokhanan Kristiyono, Ketua Yayasan Pendidikan Jawa Timur (YPWJT) Imawan Mashuri, Ketua PWI Jatim, Lutfil Hakim, CEO Suara Surabaya FM Verry Firmansyah, Ketua RTIK Jatim Muhajir Sulthonul Azis, Psikolog dari UNESA Dr Diana, Dosen Universitas Ciputra, Dr Joshua, seniman teater Meimura dan sebagainya.
Ketua Stikosa AWS , Dr Jokhanan Kristiyono, ST, M.Med.Kom mengatakan, ide terbentuknya acara ini berawal dari diskusi yang cukup intensif dengan tim dosen dan pihak Ikatan Alumni Stikosa AWS. Kesimpulannya, perlu dibangun dialog yang lebih membumi tentang fenomena yang terjadi.
“Perlu ada ruang publik tempat kita bersuara bareng menyampaikan opini. Ada yang bicara, ada yang mendengar. Tidak terbatas pada ruang-ruang kelas yang terkotak-kotak untuk belajar teori” ujarnya.
Menurut Ketua Penyelenggara, Athok Murtadhlo M.I.Kom, Munio adalah ungkapan bahasa Jawa yang berarti bicaralah. Forum diskusi dikemas dengan suasana santai, lesehan dan penuh kekeluargaan. Selain merupakan acara pembuka dari rangkaian acara Dies Natalis Stikosa AWS ke-60, acara ini akan menjadi acara rutin bulanan di kampus Stikosa AWS dengan tema aktual dan narasumber yang beragam.
Untuk episode awal ini mengangkat tema “Jangan menyakiti diri, berkomunikasilah dulu, menjaga mental tetap health atau sehat”, ujar dosen Stikosa AWS tersebut.
Menyorot kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa, Dr Joshua dari Universitas Ciputra Surabaya berpendapat, perlu ada ruang curhat maupun konseling di kampus maupun di sirkel-sirkel pertemanan untuk mereka bercerita apa adanya tanpa harus merasa dihakimi. Ia kebetulan mengenal dua mahasiswa yang melakukan bunuh diri itu yang ternyata dari keluarga sangat berkecukupan.
Hal senada juga diceritakan Dr Sukowidodo, tentang kasus bunuh diri seorang mahasiswi universitas ternama di Surabaya pada tahun 2023 lalu.
Alasan bunuh diri si mahasiswi sangat cemen dan hampir sulit dipercaya. Dalam pesan tertulisnya, ia menyatakan takut akan masa depan. Padahal si mahasiswi mempunyai IP tinggi dan anak orang kaya.
Setelah diselidiki, si mahasiswi tinggal di apartemen. Ia tidak mempunyai teman. Kegiatan sehari hari hanya belajar dan bermain ponsel.
“Oleh karena itu perlu sekali ada ruang publik untuk memberi wadah mahasiswa berbicara atau public spiel sebagai ajang ngobrol atau bicara secara bebas. Munio rek. Ojok mbideg ae” ujar Direktur Pengembangan dan Kerjasama Stikosa AWS tersebut dengan canda khas Suroboyo-nya.
Psikolog Dr Diana dari Universitas Negeri Surabaya menyatakan konsep MUNIO ! jika dikaitkan dengan kesehatan mental sangat keren.
Menurutnya konsep ini merupakan katarsis atau tempat curhat. Dari hasil penelitian, rata-rata orang yang mengalami gangguan mental mempunyai sifat pendiam, tertutup dan sosial spiel-nya rendah.
Hal senada disampaikan Dedy Kharismayana, komisioner katamereka.co.id. Kata Dedy, kasus-kasus mahasiswa bunuh diri banyak terjadi universitas terkenal, namun justru dibahas oleh Stikosa AWS. Ini keren, ujarnya.
Dari banyak kesan positif tersebut, tampaknya MUNIO ! edisi selanjutnya akan banyak ditunggu penikmatnya. (*/stikosa/irawan)