MALANG POST – Sepanjang September 2024, tekanan inflasi di Kota Malang, tetap terjaga pada kisaran sasaran inflasi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang, pada September 2024 mengalami deflasi sebesar -0.14 persen (mtm). Angka itu menurun dibanding bulan sebelumnya, yang mengalami inflasi sebesar 0,04 persen (mtm).
Secara tahunan, Kota Malang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,62 persen (yoy) dan 0,45 persen (ytd).
“Dengan demikian, inflasi tahunan periode September 2024 di Kota Malang, masih tetap terkendali di kisaran rentang sasaran inflasi.”
“Deflasi terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil -0,18 persen (mtm) dan kelompok transportasi dengan andil sebesar -0,02 persen (mtm),” jelas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang, Febrina, dalam rilisnya yang diterima Malang Post.
Komoditas penyumbang deflasi terbesar, jelasnya, antara lain cabai rawit, cabai merah, bensin, telur ayam ras, dan daging ayam ras masing-masing dengan andil -0,10 persen, -0,04 persen, -0,04 persen, -0,03 persen dan -0,02 persen (mtm).
Febrina juga menyebut, penurunan harga komoditas cabai rawit dan cabai merah, terjadi seiring melimpahnya pasokan pada masa panen di sentra produksi.
“Penurunan harga pada komoditas bensin, terjadi seiring penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi.”
“Sementara penurunan harga pada komoditas daging dan telur ayam ras, terjadi seiring terjaganya pasokan akibat melimpahnya populasi di kalangan peternak,” sebut alumni UGM Yogyakarta ini.
Adapun deflasi September 2024, dijelaskan Febrina, tertahan oleh kenaikan harga kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,02 persen (mtm).
Lalu kelompok pakaian dan alas kaki dengan andil 0,01 persen (mtm), kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin RT dengan andil 0,01 persen (mtm) dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran dengan andil 0,01 persen (mtm).
“Kalau didasarkan pada komoditasnya, deflasi yang lebih dalam, tertahan oleh peningkatan harga komoditas pisang, jagung manis, emas perhiasan, minyak goreng, dan kopi bubuk. Masing-masing dengan andil 0,02 persen, 0,01 persen, 0,01 persen, 0,01 persen, dan 0,01 persen (mtm),” sebut ibu dua putra ini.
Kenaikan harga komoditas pisang dan jagung manis, lanjutnya, terjadi seiring dengan kurangnya pasokan setelah berlalunya musim panen.
Sementara kenaikan harga minyak goreng, terjadi akibat lonjakan harga CPO dunia pada minggu terakhir September 2024.
Adapun kenaikan harga kopi bubuk dan emas perhiasan terjadi seiring kenaikan harga komoditas kopi dan emas dunia.
Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia Malang, akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif) untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1 persen (yoy).
“Selain itu, juga tidak lepas dari koordinasi solid yang dilakukan TPID, yang diwujudkan melalui sinergi kolaboratif dalam pengendalian inflasi.”
“Beberapa kegiatan sudah dilakukan. Diantaranya pelaksanaan HLM TPID (18/9/2024), terkait pengendalian inflasi komoditas bergejolak jelang Pilkada. Pemantauan harga bahan pangan pokok selama bulan September 2024 dan rapat koordinasi rutin pengendalian inflasi, bersama Kemendagri pada 2, 9, 16, dan 23 September 2024,” pungkasnya. (*/Ra Indrata)