MALANG POST – Pasangan calon kepala daerah Kota Batu, Firhando Gumelar – H Rudi akan melengkapi wisata budaya dengan membangun museum wisata budaya dan sejarah.
Keberadaan museum ini dianggap penting terutama bagi generasi muda. Tujuannya memupuk rasa bangga dengan sejarah dan budaya kotanya sendiri.
Juru bicara (jubir) Mas Gum – H Rudi, Mukhlis Ndoyo Said mengatakan program mendirikan museum wisata budaya dan sejarah di Kota Batu terinspirasi dari museum-museum di luar negeri.
Contohnya seperti di Washington, Amerika Serikat dan di Leiden, Belanda yang ternyata banyak menginventarisir peninggalan-peninggalan Kerajaan Nusantara di masa lalu.
“Mereka sangat menghargai dan mengapresiasi peninggalan kita dan dipertontonkan untuk mengedukasi masyarakat setempat,” kata Mukhlis, Rabu, (2/10/2024).
Kota Batu banyak menyimpan misteri yang harus dipecahkan tentang budaya dan sejarah. Menurutnya, sangat banyak penemuan-penemuan di Kota Batu yang seharusnya dapat diinventarisir melalui komunikasi dengan lembaga terkait.
“Ada Balai Arkeologi, Badan Pelestarian Cagar Budaya serta Dinas Pariwisata harus menjadi motor untuk bagaimana ke depan asset-aset itu bisa menjadi bahan edukasi, khususnya untuk masyarakat Kota Batu,” imbuhnya.
Dia meyakini, jika Kota Batu memiliki etalase dengan kurasi luar biasa, akan menjadi daya tarik tersendiri. Sebagai bahan edukasi masyarakat Kota Batu, khususnya bagi generasi muda agar lebih bangga dan mencintai Kota Batu.
“Selain itu, melalui cara ini juga dapat menjadi daya tarik bagian wisatawan, baik lokal maupun asing,” katanya.
Pria yang pernah melakukan ekspedisi budaya Indonesia di seluruh pelosok tanah air itu menambahkan, soal pembangunan museum, Mas Gum punya sejumlah skema pembiayaan.
“Untuk realisasinya, kami harus mengkalkulasi apakah memang kami bisa berdiri sendiri pendanaan dari APBD, atau kami tidak menutup kemungkinan terdapat CSR-CSR yang nantinya akan mensuport terhadap realisasi museum ini,” papar dia.
“Bagaimanapun, museum ini adalah aset yang sangat penting, di mana di dalam warisan kebudayaan itu mengandung kekayaan yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi yang dulu ada di Batu,” katanya.
Dia mencontohkan, situs Watu Dakon di Bumiaji yang diyakini berhubungan dengan bidang pertanian terkait dengan Pranoto Mongso, sistem penanggalan atau kalender yang dikaitkan dengan aktivitas bercocok tanam.
“Masih banyak lagi peninggalan-peninggalan yang terpendam. Artinya ini butuh riset, kolaborasi riset dengan para akademisi maupun pegiat masyarakat setempat yang lebih lama tinggal di lokasi-lokasi itu untuk mengumpulkan peninggalan-peninggalan tersebut,” jelas Mukhlis.
Terkait peninggalan di Kota Batu yang terserak di Indonesia maupun luar negeri, pihaknya akan melakukan komunikasi lebih intens dengan pihak-pihak berwenang.
Diketahui, aset sejarah Kota Batu ada di Inggris atau Belanda. Ada prasasti Sangguran saat ini ada di Skotlandia. Sampai saat ini masyarakat Kota Batu meminta prasasti tersebut segera dikembalikan ke kota ini. (Ananto Wibowo)