MALANG POST – KONI Kota Malang mendukung total kebangkitan Sport Tourism di Kota Malang. “Sejak 2023 di KONI kota malang telah dibentuk bidang sport tourism”. KONI sebagai entitas organisasi keolahragaan vertikal dengan Pemerintah Daerah siap mewujudkan Kota Malang sebagai penggerak Sport Tourism di Jawa Timur.
Ketua KONI Kota Malang, Djoni Sudjatmoko, menjelaskan Sport Tourism adalah event / tournmen olahraga yang dikombinasikan juga menjadi atraksi wisata di suatu daerah.
“Bicara wisata tidak bisa lepas dari 3A yakni akses, amunitas, dan atraksi. Akses berkaitan dengan jalan masuk, amunitas fasilitas pendukung dan kenyamanan, sedangkan atraksi adalah tampilan apik untuk memanjakan panca indera kita contohnya seperti penampilan seni budaya, turnamen olahraga, pemandangan alam, hawa yang sejuk, makanan yang enak, penduduk yang ramah dan lainnya. Dari sisi atraksi inilah terjadi beririsan antara sport & tourism, dari sisi tounamen olahraga yang dikemas jadi atraksi wisata inilah bagaimana KONI bisa berkontribusi nyata mendukung Sport Tourism,” kata Djoni, Selasa (17/9/2024).
KONI menangani olahraga prestasi, yang terdiri dari giat latihan, latih tanding dan pertandingan olahraga, yang di dalamnya tentu tidak bisa dilepaskan dengan event keolahragaan yang dapat mengundang berkumpulnya massa.
“Ketemuanya di event olahraga yang dikemas cantik menimbulkan hasrat untuk melihat dan menjadi atrasinya pariwisata. Pemkot harus memperhatikan hal ini,” tegasnya.
Djoni menerangkan, lembaga yang menangani olahraga yakni Disporapar, KONI dan KORMI. KONI membawahi 56 cabang olahraga (Cabor). Masing-masing cabor setidaknya menggelar satu kali try in (latih tanding di kota sendiri) juga sekali menyelenggarakan turnamen.
“Misal satu saja bisa menggelar artinya minimal ada 56 kali event. Event ini bila disambungkan Malang sebagai kota wisata harus dikemas sebagai event Sport tourism supaya orang luar kota datang tidak hanya pemain yang ikut tapi juga keluarganya ikut menonton sekaligus berwisata, penonton jadi ramai,” jelasnya.
Ketika turnamen atau latihan ramai penonton, atlet senang dan membawa efek positif bagi Kota Malang sebagai kota wisata kuliner dan belanja.
Atas beberapa pertimbangan itulah, lanjut Djoni, Pemkot Malang harus memandang penting distribusi anggaran yang merata dan proporsional pada lembaga lembaga yang menyelenggarakan event event olahraga.
“Kalau tidak dibiayai itu sayang sekali. Kesempatan dan potensi ini harus ditangkap sebagai peluang besar. Sentuhan wisata harus ada. Dengan begitu (wisata) jadi lebih hidup. Menurut saya anggaran Sport Tourism bisa dialokasikan di Disporapar, KORMI dan KONI. Jangan dipusatkan di satu titik,” ungkapnya. (*/Eka Nurcahyo)