Oleh: Anwar Hudijono
Kehidupan dunia itu hanya permainan. Mengasyikkan, melelahkan. Termasuk dalam kehidupan politik dengan aktornya para elite negara. Tapi celakanya yang dijadikan mainan adalah Tuhan.
Dan ini amat sangat bahaya sekali. Risikonya gak kaleng-kaleng.
Kok bisa dituding mempermainkan Tuhan?
Dimulai dari sumpah jabatan. Bukankah setiap pejabat, entah itu di eksekutif, legislatif maupun judikatif mesti mengucapkan sumpah/janji jabatan. Dan setiap sumpah mesti dilandasi “Demi Allah” atau “Demi Tuhan. Artinya sumpah itu disaksikan dan akan terus dipantau oleh Tuhan. Dan akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Gak main-main.
Tapi nyatanya banyak yang terang benderang sengaja melanggar sumpah (cidra janji). Janji mau jujur ternyata kebohongan publik jadi nasi sayur sehari-hari. Menjungkirbalikkan aturan perundang-undangan. Korupsi memaharajalela. Menyahgunakan kekuasaan dengan semena-mena.
Janjinya mau berbuat adil tapi nyatanya dzalim. Etika dan moral disingkirkan. Bermuka tebal tak punya rasa malu. Pongah bin congkak. Bersikap adigang, adigung adiguna (merasa paling kuat, paling besar dan paling kuasa).
Seolah menganggap Tuhan sudah lupa atas sumpah itu. Tuhan tidak tahu atas pengingkaran sumpah itu.
Biasanya Tuhan itu mengimbangi apa maunya hamba. Hamba mau baik maka dibukakan pintu hidayah. Mau tobat dilapangkan samudera ampunan. Hamba mau hijrah dibukakan rahmat. Tapi kalau mau main-main, dengan mudah Tuhan akan memain-mainkan. Ngeprank Tuhan maka akan pasti kena prank Tuhan.
Mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya dan Allah pun membalas tipu daya (mereka). Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Quran, Ali Imran 54).
Bagaimana cara Allah memain-mainkan mereka? Salah satu caranya disebut istidraj. Intinya Tuhan memberi laknat berbungkus nikmat. Melimpahi mereka dengan kesenangan, kenikmatan duniawi. Sehingga orang itu merasa dikasihi dan dimuliakan oleh Allah. Tidak sadar kalau itu sebenarnya jebakan.
Misalnya, harta yang berlimpah, kekuasaan yang besar, follower yang banyak, keluarga yang sukses, dibanjiri pujian dan penghormatan, semua apa yang diinginkan terealisasi.
Kesenangan dan kenikmatan duniawi itu bukan membuat dirinya menjadi baik, taat beribadah tapi sebaliknya malah semakin jahat, hobi maksiat, kian sombong bin pongah, kikir bin pelit.
Sampai akhirnya Tuhan benar-benar menjatuhi dengan siksa yang nyata dan super pedih. Dan siksa yang paling dahsyat adalah dibakar di dalam neraka jahanam. Di situ diberi minum tapi dari air nanah yang mendidih. Diberi makan buah zakum yang membakar tenggorokan dan lambung. Ada Kasur dari api. Ada selimut juga dari api. Pokoknya serba api. Dan itu berlangsung selamanya.
Sebagaimana ditegaskan dalam Quran surah Al Araf 182:
Walladzîna kadzdzabû bi’âyâtinâ sanastadrijuhum min ḫaitsu lâ ya‘lamûn.
Artinya: “Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (menuju kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.”
Demikian pula di Quran surah Al Anam 44.
Fa lammā nasụ mā żukkirụ bihī fataḥnā ‘alaihim abwāba kulli syaī`, ḥattā iżā fariḥụ bimā ụtū akhażnāhum bagtatan fa iżā hum mublisụn
Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”
Menepati sumpah adalah hukum atau ayat Allah. Dan itu menjadi ciri orang beriman. Mengingkari sumpah berarti ciri orang tidak beriman.
Kalau melihat fenomena sekarang memang ada baiknya dilakukan gerakan tobat elite negara.
Allahu a’lam bis shawab. (***)
Anwar Hudijono, jurnalis senior tinggal di Sidoarjo.