MALANG POST – Matinya puluhan sapi di Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu secara mendadak dalam kurun waktu berdekatan, diduga disebabkan karena pengaruh racun dari bahan kimia.
Ini diketahui setelah dilakukan visum dan pemeriksaan bangkai sapi. Dari hasil visum, warga menduga ada kesengajaan bahwa sapi-sapi tersebut diracun pihak tak bertanggungjawab, dengan bahan kimia sejenis potasium di pakan sapi siap potong.
Peristiwa matinya puluhan sapi secara mendadak itu meresahkan para peternak sapi di Desa Beji. Terlebih sekitar 60 persen warga di desa itu merupakan peternak. Total ada 21 sapi mati mendadak dari 11 peternak di Desa Beji. Sapi mereka mengalami kematian mendadak satu sampai lima ekor dalam waktu yang berbeda-beda.
Para peternak yang menjadi korban menduga, sapi siap potong itu sengaja dimatikan. Sehingga bangkainya bisa dibeli blantik dengan harga murah untuk dijual lagi dagingnya. Peternak telah mengantongi sejumlah oknum terkait. Namun mereka belum bisa mengungkapkan, karena kurangnya barang bukti.
“Peternak menduga peristiwa ini terjadi karena ada yang meracun. Dari hasil visum pembuluh darah rusak, bahkan hati dan limpa sudah hancur,” kata Kepada Desa Beji, Deny Cahyono, Rabu (21/8/2024).
Deny dan peternak lain yang terdampak merasakan adanya kejanggalan. Yakni gejala yang dialami hanya pada 1-2 ekor sapi dalam sekali waktu secara singkat. Pihaknya meyakini tak ada keracunan yang berasal dari pakan yang diberikan ke seluruh sapi dalam satu peternakan.
“Jika karena makanan seperti rumput dan konsentrat, semuanya pasti akan kena karena terbagi merata. Tetapi ini yang mati hanya satu ekor sekali kejadian, kemudian berulang di tempat berbeda,” jelasnya.
Lalu saat proses visum dilakukan oleh Petugas Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan-KP) Kota Batu dan puskeswan. Ditemukan bahwa ada bahan kimia yang terkandung dan meracuni tubuh sapi-sapi siap potong tersebut.
Hal ini yang menyebabkan pembuluh darah rusak dan mengubah warna sebagian besar organ dalam menjadi merah. Ciri-ciri tersebut diyakini warga karena zat sejenis potasium.
“Dugaannya karena potasium. Karena kalau zat lain atau keracunan biasanya tidak serusak itu. Sapi-sapi masih bisa bertahan, dengan gejala lemas sampai beberapa hari atau satu minggu,” ungkapnya.
Sebagai langkah-langkah lebih lanjut, pihak desa mengimbau kepada masyarakat khususnya yang memiliki hewan ternak untuk melakukan pemagaran pada kandang dan mengunci pintu. Ditambah dengan memasang sejumlah kamera CCTV di kandang untuk mencegah hal serupa terjadi.
“Kami mengimbau untuk dipagar dan mengunci kandang. Selain itu, beberapa sudah memasang CCTV untuk pengaman sampai ada yang berjaga agar tidak ada orang masuk sembarangan,” imbuhnya.
Sementara itu, Kabid Peternakan dan Perikanan Distan-KP Kota Batu, Sri Nurcahyani Rahayu menambahkan, apabila ada kematian ternak tidak wajar dan sudah dilaporkan. Kemudian tim kesehatan hewan dari dinas juga sudah turun ke lapangan.
“Kami langsung menerjunkan tim kesehatan hewan untuk mengetahui penyebab kematian,” ungkapnya.
Sementara itu untuk melakukan pencegahan lebih luas, kata Ani, pihak dinas sudah memberikan bantuan sejumlah vitamin. Peristiwa puluhan sapi mati mendadak tetap diwaspadai.
“Kalau untuk vitamin, pada saat teman-teman pelayanan biasanya sekalian membawa,” imbuhnya.
Diketahui saat tim RPH mengambil beberapa bagian organ dalam tubuh sapi, didapati beberapa organ yang tidak umum. Seperti ada perubahan warna pada organ sapi yang mati seperti jeroan.
Kemudian juga didapati perubahan warna pada usus. Jika umumnya usus pada sapi yang sehat warnanya putih, ditemukan warna menjadi kemerahan. Diduga perubahan organ ini intinya ada keracunan pada tubuh sapi. Ketika racun masuk, kendala pencernaan membuat pembuluh darah pecah. (Ananto Wibowo)