MALANG POST – MMD atau Mahasiswa Membangun Desa merupakan kegiatan KKN Universitas Brawijaya di 45 Desa di Kecamatan Tulungagung. Program ini melibatkan mahasiswa serta dosen dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP).
Tujuannya memberikan edukasi serta pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah Kelompok 38. Mereka ditugaskan di Desa Bulus, Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung beberapa waktu lalu.
Diketuai oleh Yasa Palaguna Umar. Kegiatan ini merupakan bagian dari program unggulan FTP. Diharapkan bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Desa Bulus.
Hal ini sesuai dengan SDGs no 2, 9 dan 12 yang menjelaskan mengenai mengakhiri kelaparan. Bahwa dari sisa buangan dapat dimanfaatkan menjadi tepung.
Sehingga dapat digunakan sebagai bahan pangan. Mendorong peningkatan usaha dan pembaruan dari limbah yang dihasilkan
Serta konsumsi dan produksi bertanggung jawab. Artinya masyarakat mampu mengolah hasil limbah yang dihasilkan baik dalam skala individu maupun kelompok.
Desa Bulus dipilih untuk kegiatan MMD, karena memiliki banyak potensi hasil pertanian yang belum dimanfaatkan dengan baik.
Selain itu, fokus utama program ini adalah masyarakat setempat yang belum memahami pentingnya mengolah limbah hasil pertanian secara efektif dan efisien.
Dengan mengolah kulit bawang merah menjadi tepung komposit, diharapkan dapat memberikan solusi kreatif dan pengetahuan bagi masyarakat tentang cara yang lebih baik untuk memanfaatkan limbah pertanian.
Di Satu sisi, Selama program MMD berlangsung, banyak kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan desa.
Hal ini meliputi kegiatan kesehatan, pengajaran di sekolah dasar, kegiatan penyuluhan di desa, serta pelatihan keterampilan bagi ibu-ibu rumah tangga.
Saat kegiatan berlangsung 6 Juli hingga 20 Juli 2024 tersebut, kelompok 38 memaparkan secara singkat mengenai manfaat kulit bawang merah untuk kesehatan dan pangan.
Kelompok 38 MMD FTP UB pun mendemonstrasikan secara jelas mengenai tahapan, cara, dan proses memasak untuk mendukung pembentukan bawang goreng yang lebih renyah oleh pelapis tepung komposit.
Antusiasme warga Desa Bulus khususnya ibu-ibu juga terlihat saat dilakukannya demonstrasi pembuatan tepung komposit dari kulit bawang merah.
“Ibu-ibu di Desa Bulus menganggap bahwa tepung komposit sebagai pelapis bawang merah goreng merupakan salah satu pengolahan pangan baik sebab menghasilkan rasa renyah dan rasa bawang yang lebih kuat”, beber Yasa.
Dr. Siti Asmaul Mutaniroh sebagai koordinator kelompok 38 MMD FTP, berharap. Bahwa tepung komposit sebagai inovasi terbarukan dalam makanan merupakan suatu langkah pendukung dalam pangan dan pengolahan limbah yang ada di desa tersebut.
“Harapannya dengan inovasi yang dibawakan oleh Kelompok 38 ini, ke depan bisa membawa dampak positif bagi pangan dan lingkungan,” tandasnya. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)