MALANG POST – Kota Malang pada Juli 2024, mengalami deflasi secara month-to-month. Sementara inflasi tahunan tetap terjaga, di kisaran sasaran inflasi.
Kondisi perekonomian yang terus membaik itu, tak lepas dari koordinasi yang kuat dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Lewat perwujudan berbagai sinergi. Seperti, ditandatanganinya Perjanjian Kerja Sama (PKS) KAD dengan Pemerintah Kab. Probolinggo, untu komoditas bawang merah.
Ditunjang dengan adanya HLM TPID Provinsi Jawa Timur, bersama sembilan TPID Kab/Kota se Bakorwil III Malang, pada Rabu (24/7/2024).
Momen tersebut terkait implementasi Jatim SIGATI (Sinergi Gapai Inflasi Terkendali), korporasi petani serta pemetaan kerja sama intra provinsi.
“Selain itu juga ada rencana penyusunan Perjanjian Kerja Sama (PKS) KAD, dengan Kab. Lumajang, untuk komoditas cabai.”
“Termasuk adanya Gerakan Pangan Murah (GPM), pada Minggu (21/7/2024) lalu di Balai Kota Malang, dalam rangka memperingati HUT Bapanas,” jelas Febrina, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang, dalam rilisnya yang diterima Malang Post.
Disebutkan pula, pelaksanaan cooking class produk olahan ayam beku, pada (21/7/2024), sebagai bagian dari program diversifikasi pangan dan konsumsi produk olahan. Juga menjadi salah satu bentuk koordinasi dalam TPID.
Ditambah dengan adanya pemantauan harga bahan pangan pokok, selama Juli 2024. Hingga rakor rutin mingguan pengendalian inflasi, bersama Kemendagri sekaligus HLM.
“Data Badan Pusat Statistik (BPS), Kota Malang mengalami deflasi sebesar -0,01 persen (mtm)’ Lebih kecil dibanding bulan sebelumnya, yang mengalami deflasi -0,36 persen (mtm).”
“Secara tahunan, Kota Malang tercatat mengalami inflasi 1,83 persen (yoy) dan 0,56 persen (ytd). Dengan demikian, inflasi tahunan Kota Malang periode Juli 2024, masih tetap terkendali pada kisaran rentang sasaran inflasi,” jelas Ina -panggilan akrab Kepala KPw BI Malang ini.
Deflasi periode Juli 2024, jelas alumni UGM ini, terutama didorong oleh penurunan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau, dengan andil -0,13 persen (mtm). Deflasi yang lebih dalam, tertahan oleh inflasi pada kelompok pendidikan dengan andil 0,05 persen (mtm).
Berdasarkan komoditasnya, sebut Ina, deflasi terutama didorong oleh penurunan harga pada komoditas bawang merah, cabai merah, tomat, papaya dan telur ayam ras. Masing-masing dengan andil -0,09 persen, -0,06 persen, -0,05 persen, -0,02 persen dan -0,02 persen (mtm).
“Deflasi pada komoditas bawang merah, cabai merah dan tomat, terjadi seiring masih berlangsungnya musim panen raya padi di beberapa sentra produksi.”
“Penurunan harga juga terjadi pada komoditas telur ayam ras, seiring dengan faktor jumlah populasi ayam petelur yang belum stabil,” imbuh wanita yang pernah bertugas sebagai Ekonom Ahli Kelompok Perumusan KEKDA Provinsi KPw BI Provinsi Sulawesi Selatan.
Di sisi yang lain, deflasi yang lebih dalam, tertahan oleh inflasi yang terjadi. Utama pada cabai rawit, beras, sekolah dasar, kentang dan emas perhiasan. Masing-masing dengan andil 0,08 persen, 0,06 persen, 0,04 persen, 0,03 persen dan 0,03 persen (mtm).
Kenaikan harga cabai rawit dan beras, jelasnya, dipicu oleh terbatasnya pasokan pasca berakhirnya musim panen.
Kenaikan pada komponen biaya pendidikan sekolah dasar, terjadi seiring dimulainya tahun ajaran baru pada tanggal 15 Juli 2024.
“Sementara kenaikan harga emas perhiasan, terjadi seiring meningkatnya harga komoditas emas dunia. Akibat meningkatnya ketidakpastian global, yang mendorong investor global memindahkan portofolionya ke aset yang lebih aman,” tutur Ina.
Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia Malang, akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif) untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1 persen. (*/Ra Indrata)