MALANG POST – Konflik Palestina – Israel telah berlangsung selama beberapa dekade. Puncaknya pada 7 Oktober 2023, ketegangan itu menimbulkan ribuan korban jiwa.
Universitas Brawijaya punya kepedulian pada kondisi tersebut. Untuk bersikap dan menginisiasi semangat kepedulian terhadap Palestina. Apalagi Indonesia telah menjalin hubungan diplomatik dengan Palestina sejak dahulu.
Terbaru, Universitas Brawijaya (UB) menggelar Seminar Internasional Palestina. Bertajuk: “Solidarity And Humanity, Standing Together For Palestine“. Mengandeng Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), di gedung Widyaloka UB, Malang, Jawa Timur, Sabtu (13/7/2024) kemarin.
Beberapa pembicara dari berbagai negara, hadir untuk mengulas permasalahan yang terjadi di Palestina.
Rektor Uiversitas Brawijaya, Prof Widodo, hadir untuk memberikan sambutan. Keynote Speech-nya, Ketua Majelis Pertimbangan Anggota BSMI, Prof Dr Basuki Supartono Sp OT.
Pembicara lainnya Prof Dr Setyo Widagdo, Ketua Program Palestine Solidarity dari Universitas Brawijaya. Yang berbicara seputar peran universitas atau akademisi, dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
DUKUNGAN: Peserta Seminar Internasional Palestina bertajuk: “Solidarity And Humanity, Standing Together For Palestine”, di gedung Widyaloka Universitas Brawijaya, Malang. (Foto: M. Abd. Rahman Rozzi/Malang Post)
Dari Malaysia, Senator Puan Hajah Fuziah Binti Salleh, yang merupakan Timbalan Menteri Perdagangan Dalam Negeri dan Kos Sara Hidup Malaysia, mengulas seputar The Synergy Between the Government and NGOs in Supporting the Independence of Palestine.
Jurnalis dari Palestina yang sedang bertugas di Gaza, Ibrahim Raida, juga bercerita soal peran media dalam topik: The Role of Media in Spreading News and Shaping World Opinion to Support Palestinian Independence.
Sekretaris UB Malang, Dr Tri Wahyu Nugroho, SP MSi, menyampaikan, Seminar Internasional Palestina itu diharapkan mampu mendorong Pemerintah, khususnya Indonesia dan negara-negara lain seperti Malaysia, untuk bersepakat membuat solusi guna menyelesaikan konflik Palestina.
“Upaya ini dilakukan oleh semua pihak sebetulnya. Termasuk kita, yang merupakan bagian dari umat manusia. Dorongan tersebut seperti berbagai kebijakan. Bahkan bisa jadi kalau kebijakannya harus embargo, ya embargo. Nanti berbagai pakar akan mengulas itu secara mendalam dari berbagai perspektif,” sampainya.
Ia melanjutkan, UB Malang sudah sejak lama perduli terhadap Palestina. Bahkan sejak awal terjadinya konflik, hingga terus berkembang sampai saat ini. Hingga seluruh dunia juga telah sepakat, apa yang terjadi di Palestina bukan lagi perang. Tetapi sudah menjadi genosida, karena melibatkan masyarakat terutama anak-anak.
“Ini lebih ke pemusnahan. Kita sekarang berdiri pada posisi membela yang lemah. Jadi urusannya bukan lagi soal agama. Tapi kemanusiaan.
“Sehingga kita mendorong agar konflik ini segera selesai dengan berbagai cara. Seperti penggalangan dana dan saat ini Seminar Internasional Palestina, bekerjasama dengan BSMI,” lanjutnya.
Ketua Pelaksana Kegiatan, Imam Syafi’i menuturkan, kerjasama UB dengan BSMI yakni terkait beasiswa pendidikan. Di bidang kedokteran, diberikan kepada beberapa warga Palestina, yang sudah terdata dalam kontrak kerjasama.
“Ada sepuluh nama yang sudah diajukan. Saat ini masih akan dilakukan pertimbangan berapa nama, yang akan mendapatkan beasiswa dari UB dan BSMI,” jelasnya. (M. Abd. Rahman Rozzi).
DISKUSI: Beberapa pembicara dari berbagai negara, yang mengulas permasalahan seputar Palestina dalam seminar internasional yang di gelar di gedung Widyaloka UB, Malang. (Foto: M. Abd. Rahman Rozzi/Malang Post)