MALANG POST – Tekanan inflasi Kota Malang pada Juni 2024, menurun dan tetap terjaga di kisaran sasaran inflasi. Hal ini tidak terlepas dari koordinasi yang kuat dalam TPID, yang diwujudkan melalui sinergi kolaboratif.
Diantaranya dengan peresmian Kios Pangan Kota Malang, Sabtu (8/6/2024) di Pasar Dinoyo. Dihadiri Direktur SPHP Bapanas. Yang merupakan bagian dari upaya menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan pokok.
Kemudian disusul pembuatan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) Belanja Bijak, sebagai persiapan menjelang Idul Adha 2024. Pelaksanaan HLM TPID Kota Malang, Selasa (11/6/2024) di Hotel Grand Mercure Malang.
Ada juga pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM), Minggu (30/6/2024), gerakan tanam cabai dan pemeriksaan hewan kurban oleh Pj Wali Kota Malang, Sabtu (15/6/2024).
Disusul dengan pengukuran hasil panen padi dan penyerahan bantuan benih padi kepada petani oleh Pj Wali Kota Malang, Rabu (26/6/2024). Pemantauan harga komoditas pangan menjelang Idul Adha 2024.
Serta diperkuat dengan rakor rutin mingguan pengendalian inflasi bersama Kemendagri sekaligus HLM, pada 4, 10 dan 24 Juni 2024. Hingga menyaksikan bersama Rakornas Pengendalian Inflasi tahun 2024 bersama anggota TPID, akademisi, pelaku usaha dan stakeholders lain, pada Jumat (14/6/2024) di Balai Kota Malang.
Dalam rilis Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang, menyebutkan, berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), Kota Malang mengalami deflasi sebesar -0,36 persen (mtm) dibanding bulan sebelumnya, yang mengalami deflasi sebesar -0,08 persen (mtm).
“Secara tahunan, Kota Malang tercatat mengalami inflasi sebesar 2,02 persen (yoy) dan 0,57 persen (ytd). Dengan demikian, inflasi tahunan Kota Malang periode Juni 2024, masih tetap terkendali pada kisaran rentang sasaran inflasi,” sebut Febrina, Kepala KPw BI Malang.
Deflasi periode Juni 2024, tambahnya, terutama didorong oleh penurunan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil -0,37 persen (mtm). Deflasi yang lebih dalam tertahan oleh inflasi pada kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga, kelompok perumahan, listrik, air dan gas, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil sebesar 0,01 persen (mtm).
Jika didasarkan pada komoditasnya, deflasi terutama didorong oleh penurunan harga pada komoditas bawang merah, tomat, daging ayam ras, jeruk dan bawang putih. Masing-masing dengan andil -0,08 persen, -0,07 persen, -0,07 persen, -0,03 persen dan -0,02 persen (mtm).
“Deflasi pada komoditas bawang merah, tomat, dan jeruk, terjadi seiring masih berlangsungnya musim panen di beberapa sentra produksi. Adapun penurunan harga daging ayam ras terjadi seiring dengan melimpahnya pasokan di pasar,” tandasnya.
Deflasi yang lebih dalam tertahan oleh inflasi, yang terjadi terutama pada cabai rawit, emas perhiasan, upah asisten rumah tangga, udang basah dan telur asin masing-masing dengan andil 0,02 persen, 0,01 persen, 0,01 persen, 0,01 persen dan 0,01 persen (mtm).
Kenaikan harga cabai rawit, masih kata Febrina, terjadi seiring menurunnya jumlah panen akibat serangan penyakit jamur, di tengah meningkatnya permintaan masa Hari Raya Idul Adha.
Emas perhiasan mengalami peningkatan, seiring masih berlangsungnya ketidakpastian global yang mendorong investor global memindahkan portofolionya ke aset yang lebih aman. Sementara kenaikan harga udang basah disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu sehingga para nelayan kesusahan untuk menangkap udang.
“Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia Malang, akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif) untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1 persen (yoy),” pungkas Febrina. (*/Ra Indrata)