MALANG POST – Universitas Brawijaya (UB) kembali kukuhkan dua guru besar dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).
Kepala Sub Divisi Humas UB, Tri Wahyu Basuki menyampaikan, dua guru besar ini adalah Prof. Dr. Ir. Edi Susilo, MS dan Prof, Dr. Ir. Dewa Gede Raka Wiadnya. MSc. Akan dikukuhkan Selasa ( 9/7/2024) di Gedung Auditorium UB.
Prof. Edi Susilo sebagai profesor aktif ke-23 di Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan (FPIK) dan profesor aktif ke-217 di Universitas Brawijaya. Serta menjadi profesor ke-385 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya.
Sementara Prof. Dewa Gede Raka Wiadnya, merupakan guru besar bidang eksplorasi sumber daya ikan, sebagai profesor aktif ke-22 di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dan profesor aktif ke-216 di Universitas Brawijaya. Serta menjadi profesor ke-384 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya.
Prof. Edi Susilo, dalam orasinya akan menjelaskan Sruktur Sosial Progresif-Integratif (S2PI), yang merupakan sebuah konsep untuk mengurangi kemiskinan nelayan di Indonesia.
Menurutnya, struktur sosial tidak hanya mampu digunakan untuk menganalis kondisi dan perkembangan masyarakat lokal. Namun dapat ditarik ke dalam analisis yang lebih makro. Struktur sosial progresif-integratif memberi arti bahwa masyarakat selalu mengalami perkembangan.
Konstruksi struktur sosial yang dibangun, memiliki keterkaitan antara ekologi, ekonomi dan sosial sebagai landasan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya berbentuk lingkaran, harus diubah menjadi piramida.
Piramida ini berupa sebuah konsep tentang religiusitas. Jika kegiatan ekonomi manusia merusakkan ekologi, maka dua kesalahan manusia ada dua.
Pertama, manusia tidak bersifat amanah sebagai wakil Allah swt di bumi untuk menjaga alam secara berkelanjutan. Sumberdaya alam harus dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia saat sekarang, juga bagi generasi mendatang.
Kedua, jika kegiatan ekonomi manusia merusakkan ekologi, maka berpeluang mengalami kesulitan dalam kesejahteraan sosial.
Kemudian untuk Prof. Dewa Gede Raka Wiadnya, dalam pidato pengukuhannya memaparkan deskripsi spesies ikan melalui pendekatan morfologi, osteo-staining, otolith yang dikombinasi dengan DNA barcoding menjadi alat yang komprehensif dan meyakinkan dalam proses identifikasi spesies ikan.
“Mengingat ikan ialah kelompok vertebrata dengan jumlah spesies terbanyak dan Indonesia merupakan salah satu negara dengan spesies ikan terbanyak. Teknik ini bisa dijadikan standar dalam validasi spesies,“ ujarnya dalam konferensi pers UB di Gedung Rektorat UB. Senin (8/7/2024).
Ditambahkan Prof. Gede, penelitian spesimen belum bisa dibuka hanya seja sejumlah gen dan data base ikan secara global sudah diunggah. (*/M. Abd. Rahman Rozzi)