MALANG POST – Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam sebuah pernikahan. Bukan hanya sekadar saling sayang. Tetapi harus ada persiapan matang. Termasuk kondisi perekonomian.
Hal itu disampaikan Financial Planner, Amang Rifa’I, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Kamis (27/6/2024).
Perencanaan keuangan keluarga diawal sebelum menikah, kata Amang, harus saling dibicarakan.
Termasuk nanti mau seperti apa konsep pernikahannya, harus didiskusikan keduanya. “Pastikan pengeluaran untuk acara pernikahan ditekan dan lebih baik untuk hidup selanjutnya,” tegas Amang.
Faktanya saat ini, masih katanya, untuk mendapatkan lapangan kerja yang mapan juga sulit. Sehingga banyak orang yang enggan untuk menikah, karena takut tidak bisa membahagiakan pasangannya.
“Generasi sekarang tidak banyak yang memilih menikah. Karena mindset mereka ketika dikondisi good financial, apalagi perempuan, justru memilih lanjut pendidikan dan menunda menikah,” bebernya.
Konten Kreator sekaligus seorang istri, Lia Rahma menambahkan, sebagai salah satu pasangan yang dulu memilih nikah muda, tentu banyak perjalanan yang tidak mudah.
Tapi apapun itu kondisinya, komunikasi antar kedua pihak sangat penting.
“Memilih pasangan yang baik juga penting. Termasuk juga yang memiliki finansial yang siap,” sebutnya.
Lia menambahkan, meskipun sudah menikah di usia muda, dirinya tetap memilih untuk bekerja sebagai konten kreator. Karena juga dinilai lebih fleksibel.
Sementara itu dalam pandangan dosen Kesejahteraan Sosial FISIP UMM, Hutri Agustino, kondisi pasca pandemi masih belum seutuhnya pulih dalam sisi perekonomian.
Banyaknya yang terkena PHK dan lain lain, katanya, menjadi alasan orang belum siap secara finansial untuk memutuskan menikah.
“Selain itu adanya mindset childfree dari beberapa anak muda, juga jadi alasan orang berfikir lagi mau menikah.”
“Adanya fakta perceraian dengan banyak faktor, seperti perselingkuhan dan KDRT, juga membuat efek belum siap secara psikis orang-orang,” tambahnya.
Hutri menambahkan, pemahaman agama soal banyak anak banyak rejeki, belum masuk sepenuhnya ke pemahaman masyarakat, khususnya generasi muda. Karena semua harus diseimbangkan dengan logika. (Wulan Indriyani-Ra Indrata)