
PEMATERI: Prof. Badat Muwakhid, Ketua Asosiasi Dosen Pergerakan (ADP), bersama Rektor Unisma, sebelum menjadi narasumber dalam seminar fiqh peradaban. (Foto: M. Abd. Rahman Rozzi/Malang Post)
MALANG POST – Asosiasi Dosen Pergerakan (ADP), merayakan hari lahir (harlah) ke-3 dengan berbagai kegiatan. Sekaligus menegaskan peran penting dalam transformasi dan kontribusi dunia akademik Indonesia.
Salah satu puncak perayaan Harlah ADP, digelar pada Sabtu (22/6/2024) kemarin, di Universitas Islam Malang (Unisma) Malang, Jawa Timur.
Ketua Organizing Committee (OC) Harlah ke-3 ADP, Citra Orwela menjelaskan, acara didahului dengan rangkaian praharlah. Melalui webinar series, yang melibatkan dosen alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Serta kader PMII aktif dari berbagai provinsi di seluruh Indonesia.
ADP lahir dari inisiatif para alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang berprofesi sebagai dosen, peneliti dan akademisi.
Pertemuan pertama mereka, dilakukan melalui grup WhatsApp yang dibentuk oleh Mohammad Thobroni pada 12 Mei 2018 silam.
Sementara itu seminar fiqh peradaban: ‘Nahdlatul Ulama Pasca 100 tahun Turki Usmani, Dunia Islam dan Realistis Geopolitik Global Kontemporer’, yang digelar di Universitas Islam Malang, Sabtu (22/6/2024), terbilang sukses besar.

CERAMAH: Rektor Unisma, Prof. Maskuri, ketika memberikan pengantar dalam seninar fiqh peradaban. (Foto: Istimewa)
Selain di datangi para guru besar dan para rektor rektor perguruan tinggi Islam di bawah naungan NU, juga mayoritas hadir dalam kegiatan tersebut.
Mulai dari Prof. Dr. Abdurrahman Mas’ud, Ketua Umum ADP, narasumber Dr. Peter Carey yang merupakan peneliti. KH. Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU, Hj. Khofifah Indar Parawansa, hingga para muspida.
Rektor Unisma Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si. menjelaskan, seminar ini adalah seminar tentang peradaban yang membahas runtuhnya Turki Usmani pada tahun 1924. Artinya, saat ini berada tepat satu abad mundurnya Turki Usmani.
“Dari berbagai referensi yang ada, keruntuhan itu karena meninggalkan nilai-nilai Islam dan juga berbagai kebijakan di sana diarahkan semuanya ke Eropa.”
“Spirit Islam seakan-akan ditarik bahkan Khilafah Islamiyah itu, juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalam politik daulah Bani Islamiyah pada saat itu,” ungkapnya.

PELAKSANA: Ketua Organizing Committee (OC) Harlah ke-3 ADP, Citra Orwela dalam sambutanya di seminar seminar fiqh peradaban. (Foto: Istimewa)
Karena, menurutnya, saat ini bermunculan terkait dengan Khilafah Islam, yang justru mengarah kepada hal yang menciptakan disharmoni di tengah kehidupan masyarakat. Jadi Khilafah Islamiyah di kala itu, dengan saat ini sudah mulai bergeser.
“Momentum satu abad jatuhnya Turki Usmani itu, yang dijadikan sebagai salah satu peluang bagi ADP untuk berpikir yang lebih strategis. Bagaimana kebangkitan Islam itu, bisa mulai kita harus didesain sedemikian rupa pada abad ke-2 Nahdlatul Ulama,” ujar Maskuri.
Pada abad kedua ini, NU akan memiliki suatu peran strategis dan taktis di dalam membangun bangsa dan negara dalam berbagai macam bidang kehidupan.
Terutama dalam bidang politik dalam bidang politik, pertahanan keamanan, ekonomi sosial budaya, pendidikan, dan lain sebagainya itu.
“Maka ADP sesuai dengan pergerakan ini melakukan suatu kajian strategis, untuk mempersiapkan bagaimana supaya tidak terjadi seperti runtuhnya Turki Usmani.”
“Negara kita tentunya harus kita jaga dengan baik agar tidak kemasukan paham yang sekiranya justru meruntuhkan bangsa dan negara,” tandasnya. (M. Abd. Rahman Rozzi)