MALANG POST – Wisata Gunung Bromo adalah salah satu tempat wisata di Indonesia, yang menjadi favorit bagi wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri.
Gunung Bromo menjadi menarik, karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif. Termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Ketinggiannya 2.329 meter di atas permukaan laut (mdpl). Terletak dalam empat wilayah kabupaten. Yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang.
Namun bagi wisatawan yang hendak berkunjung pada Juni 2024, perlu diketahui bahwa Gunung Bromo akan tutup selama empat hari.
Yakni mulai Jumat (21/6/2024) pukul 00.00 WIB, hingga Senin (24/6/204) pukul 24.00 WIB.
Penutupan itu didasarkan pada pengumuman Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger (BB TNBTS). Melalui Surat Edaran Ketua PHDI Kabupaten Probolinggo Nomor 404/E/PHDI-KAB/VI/2024 Kepala Balai Besar, Hendro Widjanarko, Selasa (18/6/2024).
“Penutupan kawasan wisata Bromo ini, mengacu pada Surat Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Nomor 03/PDP/06/2024 tanggal 4 Juni 2024 perihal Upacara Ritual Yadnya Kasada.”
“Pengumuman ini disampaikan kepada masyarakat, pengunjung, pelaku jasa wisata dan pihak-pihak terkait untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab,” ungkap Hendro.
Dalam upacara ritual Yadnya Kasada, ada sejumlah jalur menuju Gunung Bromo yang ditutup selama periode tersebut.
Antara lain, jalur dari arah Probolinggo ditutup di Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura. Kemudian, dari arah Pasuruan ditutup di Pakis Bincil, Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari. Begitupun dengan jalur via Malang.
“Dari arah Malang dan Lumajang ditutup di Jemplang, Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo,” bebernya.
Sebagai informasi, Hari Raya Yadnya Kasada atau Pujan Kasada adalah sebuah hari upacara sesembahan berupa persembahan sesajen kepada Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Batara Brama (Brahma: dewa api).
Setiap bulan Kasada hari ke-14 dalam Penanggalan Tengger diadakan upacara sesembahan atau sesajen untuk Sang Hyang Widhi dan para leluhur (Dewa Kusuma), kisah Rara Anteng (Putri Raja Majapahit) dan Jaka Seger (Putra Brahmana).
Upacara Yadnya Kasada ini diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur dari masyarakat Tengger yakni dengan memberikan sesembahan kepada Sang Hyang Widhi, sebagai manifestasi dari Batara Brahma.
Juga, sebagai bentuk penghormatan. Mereka memohon agar hasil panen selalu berlimpah, serta dijauhkan dari musibah dan bahaya. (M. Abd. Rahman Rozzi)