MALANG POST – Tekanan inflasi Kota Probolinggo pada Mei 2024, tetap terjaga di kisaran sasaran inflasi. Hal ini tidak terlepas dari koordinasi solid yang dilakukan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), yang diwujudkan melalui beberapa sinergi kolaboratif dalam pengendalian inflasi.
Diantaranya dengan berjalannya Koperasi Konsumen Pengendali Inflasi Harga (Kopi Siaga) selama Mei 2024, sebagai upaya pengendalian harga. Penyelenggaraan Pasar Murah dalam rangka stabilisasi harga, pada 47 titik lokasi, mulai Januari – Mei 2024.
Selain itu juga dukungan kerja sama antara Bulog dengan ritel modern, dalam penyaluran beras dengan harga jual sesuai HET. Penyaluran beras oleh pengusaha penggilingan gabah ke ritel modern maupun pasar rakyat, dengan harga jual di tingkat konsumen maksimal sesuai HET.
“Selain itu yang terbaru adalah memfasilitasi kerja sama antar daerah (KAD) Kelompok Tani (Poktan) Harapan Jaya I Kabupaten Probolinggo dengan Perumda Pasar Manado,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, Febrina, dalam rilisnya yang diterima Malang Post, Selasa (4/6/2024) kemarin.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Probolinggo pada Mei 2024, mengalami deflasi bulanan sebesar -0,22 persen (mtm) dibanding bulan sebelumnya. Yang mengalami inflasi sebesar 0,23 persen (mtm).
“Secara tahunan, Kota Probolinggo tercatat mengalami inflasi sebesar 2,88 persen (yoy) dan 1,40 persen (ytd). Dengan demikian, inflasi tahunan periode Mei 2024 di Kota Probolinggo, masih tetap terkendali di kisaran rentang sasaran inflasi,” sebut alumni Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada ini.
Deflasi periode Mei 2024, tambahnya, terutama didorong oleh penurunan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil -0,32 persen (mtm). Deflasi yang lebih dalam, tertahan oleh inflasi yang terjadi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,09 persen (mtm).
Berdasarkan komoditasnya, deflasi terutama didorong oleh penurunan harga komoditas beras, tomat, daging ayam ras, ikan tongkol dan ikan kerisi. Masing-masing dengan andil -0,18 persen, -0,08 persen, -0,03 persen, -0,02 persen dan -0,01 persen (mtm).
Deflasi pada komoditas beras, masih kata Febrina, terjadi seiring masih berlangsungnya musim panen raya padi di beberapa sentra produksi.
Kondisi yang sama juga terjadi pada komoditas tomat, yang turun seiring dengan adanya musim panen.
Adapun penurunan harga daging ayam ras, terjadi seiring dengan relaksasi harga acuan penjulan dan harga eceran tertinggi yang ditetapkan BAPANAS.
“Deflasi yang lebih dalam, tertahan oleh inflasi. Terutama yang terjadi pada emas perhiasan, bawang merah, telur ayam ras, upah asisten rumah tangga dan cabai merah. Masing-masing dengan andil 0,10 persen, 0,04 persen, 0,04 persen, 0,02 persen dan 0,02 persen (mtm),” tambah perempuan yang mengawali karirnya di BI sebagai Pengawas Bank Yunior di Kantor BI Solo pada 2006 tersebut.
Kenaikan harga emas perhiasan, turut dipicu oleh kenaikan harga komoditas emas dunia akibat meningkatnya ketidakpastian global. Yang mendorong investor global memindahkan portofolionya ke aset yang lebih aman. Khususnya mata uang dolar AS dan emas.
Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas bawang merah dan cabai merah, seiring telah berlalunya musim panen.
Sementara kenaikan harga telur ayam ras seiring belum membaiknya populasi ayam petelur serta peningkatan harga pakan.
Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia Malang, akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif) untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1 persen (yoy). (Ra Indrata)