MALANG POST – Tekanan inflasi Kota Malang pada Mei 2024, menurun dan tetap terjaga di kisaran sasaran inflasi. Hal ini tidak terlepas dari koordinasi yang kuat dalam TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah), yang diwujudkan melalui sinergi kolaboratif.
Seperti pelaksanaan Warung Tekan Inflasi (WTI), selama Mei 2024 di tiga pasar. Dengan penjualan bahan pokok berupa beras SPHP (Rp50 ribu/kg), gula (Rp15 ribu/kg) dan minyak goreng premium, Rp15 ribu/kg.
Pemantauan harga melalui sidak pasar pada Kamis (9/5/2024) lalu, dilakukan pada dua titik lokasi. Pasar Kasin dan Indogrosir Malang.
Termasuk sidak pasar dalam rangka pemantauan Stabilitas dan Keterjangkauan Harga dan Ketersediaan Komoditas Bergejolak jelang HBKN Waisak, pada Selasa (21/5/2024).
“Ditambah dengan penguatan komunikasi dalam rangka pengelolaan ekspektasi harga, melalui pembuatan podcast Bank Indonesia bersama Diskominfo Kota Malang,” jelas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KpwBI) Malang, Febrina, dalam rilisnya yang diterima Malang Post, Selasa (4/6/2024).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, Kota Malang mengalami deflasi sebesar -0,08 persen (mtm), dibanding bulan sebelumnya, yang mengalami inflasi sebesar 0,08 persen (mtm).
Secara tahunan, Kota Malang tercatat mengalami inflasi sebesar 2,45 persen (yoy) dan 0,93 persen (ytd). Dengan demikian, inflasi tahunan Kota Malang periode Mei 2024, masihtetap terkendali pada kisaran rentang sasaran inflasi.
“Deflasi periode Mei 2024, terutama didorong oleh penurunan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil -0,19 persen (mtm). Deflasi yang lebih dalam, tertahan oleh inflasi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, dengan andil 0.06 persen (mtm),” tambah Febrina.
Berdasarkan komoditasnya, deflasi terutama didorong oleh penurunan harga pada komoditas beras, tomat, daging ayam ras, cabai rawit dan udang basah. Masing-masing dengan andil -0,22 persen, -0,05 persen, -0,05 persen, -0,02 persen dan -0,02 persen (mtm).
Deflasi pada komoditas beras, katanya, terjadi seiring masih berlangsungnya musim panen raya padi di beberapa sentra produksi.
Penurunan harga, juga terjadi pada komoditas tomat dan cabai rawit, seiring dengan tercukupinya kebutuhan pasokan di tengah panen.
“Adapun penurunan harga daging ayam ras, terjadi seiring dengan relaksasi harga acuan penjualan dan harga eceran tertinggi yang ditetapkan BAPANAS,” sebut alumni Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini.
Febrina juga menyebut, deflasi yang lebih dalam tertahan oleh inflasi yang terjadi terutama pada emas perhiasan, bawang merah, telur ayam ras, cabai merah dan angkutan udara. Masing-masing dengan andil 0,06 persen, 0,05 persen,0,05 persen, 0,04 persen dan 0,02 persen (mtm).
Kenaikan harga emas perhiasan, turut dipicu oleh kenaikan harga komoditas emas dunia akibat meningkatnya ketidakpastian global. Hingga mendorong investor global, memindahkan portofolionya ke aset yang lebih aman khususnya mata uang dolar AS dan emas.
“Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas bawang merah dan cabai merah, karena musim panen telah selesai.”
“Kalau kenaikan harga telur ayam ras, didorong oleh belum normalnya populasi ayam petelur serta peningkatan harga pakan,” tambahnya.
Sedangkan harga angkutan udara, mengalami peningkatan seiring dengan adanya momentum hari libur dan cuti bersama sehingga menaikkan jumlah permintaan tiket pesawat.
Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia Malang, akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif) untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1 persen. (*/ Ra Indrata)