MALANG POST – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang terus berupaya mengenalkan dan mensosialisasikan museum yang ada di Kota Malang. Ada dua museum yang dikelola Disdikbud Kota Malang. Yaitu Museum Mpu Purwa dan Museum Pendidikan.
Museum Mpu Purwa berlokasi di Perumahan Griya Santa Jl Soekarno-Hatta No 210 Blok B, Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru. Sedang Museum Pendidikan berada di Jalan Raya Tlogowaru, Kelurahan Tlogowaru, Kecamatan Kedungkandang.
Pada Rabu (29/5/2004) kali ini, Museum Mpu Purwa yang berusaha untuk lebih dikenalkan ke masyarakat. Lewat seminar koleksi. Yaitu, masterpiece berupa Makara dan Prasasti Dinoyo 2.
Sasaran seminar kali ini.adalah para guru, mulai tingkat sekolah dasar (SD) hingga SMA/SMK di Kota Malang.
“Kegiatan ini digelar dua hari, Rabu (29/5/2024) dan Kamis (30/5/2024). Pesertanya sejumlah 350 orang, terbagi dua kelompok. Atau tiap hari 175 orang,” jelas Juli Handayani, SE, MM, Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Disdikbud Kota Malang.
MEMBUKA: Kadisdikbud Suwarjana membuka secara resmi seminar koleksi Museum Mpu Purwa. (Foto: Eka Nurcahyo/Malang Post)
Kepala Disdikbud Kota Malang, Suwarjana, SE, MM menyatakan, kegiatan ini untuk memperkenalkan museum kepada para guru di Kota Malang yang nantinya bisa dijadikan referensi bagi para siswa untuk mengunjungi museum.
“Kita mengangkat koleksi Museum Mpu Purwa, karena kita punya museum masih kurang tersentuh oleh anak-anak pelajar,” kata Suwarjana.
Makanya kata Suwarjana, di kegiatan ini menggandeng beberapa guru untuk mengenalkan koleksi-koleksi sejarah dan benda-benda budaya asli Kota Malang, yang dimiliki Museum Mpu Purwa.
“Kami undang peserta teman-teman guru mulai SD, SMP, SMA, SMK, nanti bisa menyampaikan ini. Guru-guru sejarah kan nanti bisa menyampaikannya ke murid-muridnya,” ucapnya.
Menurutnya, kegiatan ini penting demi menggugah para generasi muda dan kaum terpelajar Kota Malang untuk mengingat sejarah. Sehingga ketika hal itu bisa tersosialisasikan ke para guru dan murid, mereka bisa mengedukasi minimal ke orang-orang terdekat di keluarga mereka dan para orangtua.
“Kalau sudah kita tarik murid itu ke sini mayoritas kan juga anak-anak kita itu diantar jemput oleh orang tua, mereka akan lebih tahu orang, ternyata Kota Malang itu punya ini (Museum Mpu Purwa-red),” tuturnya.
PAPARAN: Narasumber Rakai Hino Galeswangi memaparkan masterpiece Museum Mpu Purwa yaitu Makara dan Prasasti Dinoyo 2. (Foto: Eka Nurcahyo/Malang Post)
Suwarjana juga berpesan kepada para peserta seminar agar mereka tidak malu untuk mengenalkan dan mensosialisasikan museum ke masyarakat dan anak didik. Suwarjana pun menceritakan perjalanan hidupnya di bidang seni dan budaya.
Menurutnya, ketika itu seni dan budaya mampu menopang hidupnya. Kebetulan dia piawai menjadi MC berbahasa Jawa dan ada tanggapan minimal dua kali dalam sebulan. Karena itu, dia berpesan terhadap para pegiat budaya agar tidak pesemistis. Tetapi terus giat berkreasi.
Apalagi terkait seni dan budaya ini, Kota Malang luar biasa dan ‘Mbois Ilakes’. Mendengar kata Mbois Ilakes, Suwarjana terkenang saat dia masih belum punya jabatan. Saat itu dia menginisiasi berdirinya “Tonil Mbois”. Sebuah kelompok seni dan budaya.
Karena itu, kini dia berusaha segera merampungkan renovasi Gedung Gajayana guna membangkitkan seni dan budaya Kota Malang. “Isha Allah, Juli nanti sudah bisa digunakan untuk tampil. Mungkin yang bisa tampil pertama, para siswa dari SMPN 4. Bisa sendratari dengan mengambil cerita dari Jawa Timur dengan durasi sekitar 45 menit.”
Para wisatawan dari Kajoetangan Heritage bisa kita tarik ke tempat penampilan seni dan budaya itu. Terus kemudian kita ajak ke museum” papar Suwarjana.
Tampak para guru peserta seminar sangat antusias mengikuti paparan nara sumber yang juga sejarawan dan Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang, Rakai Hino Galeswangi.
Selain penjelasan secara lisan, beberapa koleksi Museum Mpu Purwa, juga dipamerkan ke para guru. Tak hanya itu, peserta seminar juga diajak berkeliling untuk melihat-lihat koleksi Museum Mpu Purwa.(Adv/Eka Nurcahyo)