MALANG POST – Keterbatasan lahan bukan menjadi masalah untuk warga masyarakat melakukan budidaya tanaman, khususnya sayuran. Teknik hidroponik dinilai bisa menjadi solusi jitu mengatasi permasalahan ini.
Untuk merealisasikan hal tersebut, masyarakat dirasa perlu mendapatkan pelatihan bercocok tanam budidaya sayuran hidroponik. Sehingga hasilnya bisa maksimal. Oleh karena itu, perlu pihak-pihak turun langsung ke lapangan untuk mengambil peran tersebut.
Langkah itu telah dilakukan BLK Wonojati menggandeng UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang dan Alamku Hijau. Mereka melakukan pelatihan kepada puluhan emak-emak bagaimana cara budidaya sayuran hidroponik. Proses pelatihan dilakukan di Maliki Biodiversity Forest, Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.
Kasi Pelatihan dan Sertifikasi BLK Wonojati, Ratna Wirastiani menyatakan, melalui pelatihan tersebut pihaknya ingin memberikan dan upgrade ilmu tentang pertani kepada para ibu-ibu Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
“Kami dari BLK ingin memberikan ilmu baru. Sehingga peserta pelatihan bisa berkelanjutan mengembangkan ilmunya. Dengan output setelah pelatihan, mereka bisa mengembangkan pembibitan sayuran secara hidroponik,” kata Ratna, Selasa, (28/5/2024).
LIHAT: Kasi Pelatihan dan Sertifikasi BLK Wonojati dan Kades Sumbersekar saat melihat hasil pelatihan budidaya sayuran hidroponik. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Dia menambahkan, selain pembibitan sayur secara hidroponik. Pihaknya berharap ada pengembangan tanaman lain dengan metode ini. Seperti tanaman buah ataupun sayur yang bukan semusim.
“Pelatihan ini tidak berhenti disini, kami akan menyasar seluruh masyarakat Malang Raya yang berusia produktif. Bertujuan untuk memberikan ilmu, sehingga masyarakat bisa mengupgrade ilmunya dan bisa dimanfaatkan untuk bekerja,” imbuhnya.
Selama proses pelatihan, peserta tidak hanya diajari teori dan praktik menanam saja. Namun juga diajari analisis usaha tani. Para peserta turut diajari cara menghitung BEP juga bagaimana me-manage modal yang dikeluarkan. Sehingga bisa mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan.
“Setelah pelatihan kami berharap peserta benar-benar menerapkan ilmunya. Sehingga setelah pelatihan ini mereka tidak tidur-tiduran, namun terus mengaplikasikan apa yang telah didapat,” tegasnya.
Sementara itu, Kades Sumbersekar, Ririn Catur Kurniasasi menyampaikan, pihaknya akan terus memotivasi para warganya yang telah mengikuti pelatihan tersebut. Agar terus memanfaatkan ilmu yang telah didapat.
“Kami punya 200 kader PKK. Tentunya dari pelatihan ini akan ditularkan ke para kader,” ujarnya.
Terlebih sesuai program pemerintah pusat, 20 persen dari Dana Desa harus digunakan untuk ketahanan pangan. Sehingga dengan adanya pelatihan tersebut, selaras dengan program yang ada di desanya.
“Di desa kami hampir semua warga menanam sayur di pekarangan rumah. Ini merupakan program kami untuk ketahanan pangan. Dengan pelatihan ini, memberikan semangat warga untuk menanam sayur,” kata Ririn.
Founder Alamku Hijau, Fitri Harianto menambahkan, setelah selesainya proses pelatihan tersebut, pihaknya berharap bukan menjadi akhir. Namun menjadi sebuah awalan. Bagaimana setelah dibekali ilmu yang baik maka juga harus diterapkan dan dipraktikkan.
“Untuk peserta pelatihan, ketikan pelatihan ini usai dan mendapatkan sertifikasi, tidak boleh bermalas-malasan dan tidur-tiduran. Namun harus terus mempraktikkan ilmunya. Atau paling tidak menularkan ilmunya kepada tetangga sekitar,” ujar dia. (Ananto Wibowo)