MALANG POST – Salah seorang perokok aktif, Ilham Akbar, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk, mengatakan, selama dua tahun merokok, awalnya karena lingkungan banyak perokok. Akhirnya penasaran dan ingin mencoba.
“Awalnya frekuensi merokok juga masih sangat rendah. Sehari hanya satu batang. Kecuali ketika bertemu rekan, bisa lebih intens,” katanya di acara yang disiarkan Radio City Guide 911 FM, Kamis (2/5/2024).
Meskipun sudah ada peringatan jelas, terkait bahaya merokok. Bahkan pada kemasan juga dilengkapi gambar, Ilham mengaku, sebagai perokok aktif tidak begitu menggubris.
Hal itu bisa terjadi, lantaran selama ini, belum merasakan dampak buruk. Dari kebiasaan merokok tersebut.
Namun saat ini, Ilham sudah mulai beralih ke penggunaan vape. Meski sekadar hanya selingan. Sebab saat disinggung, apakah ada rencana berhenti merokok, Ilham mengaku belum ada keinginan berhenti.
Terkait dengan permintaan dari pihak lain untuk berhenti merokok, dokter spesialis paru RSSA Malang, dr. Fitri Indah Sari mengatakan, orang lain tidak bisa langsung meminta perokok aktif untuk berhenti. Karena hanya bisa dilakukan atas kemauannya sendiri. Itu pun juga tidak mudah.
“Karena ada gejala putus nikotin berupa rasa kecemasan dan pusing yang terjadi, ketika perokok aktif mulai berhenti. Jadi banyak perokok konvensional yang mau berhenti, dengan beralih ke vape terlebih dahulu,” katanya.
Dengan putus nikotin, lanjut dr. Fitri, otomatis memutus hormon dopamin. Sehingga gejala lain pada psikis juga berdampak.
Menurut dr. Fitri, upaya berhenti merokok juga butuh support system. Seperti terapi dan itu memakan waktu 3 bulan sampai 1 tahun.
Saat ini di beberapa Puskesmas, sudah tersedia layanan itu. Masyarakat bisa memanfaatkan.
Pihaknya juga mengakui, saat ini banyak menangani pasien imbas dari rokok. Baik perokok aktif maupun pasif.
Mayoritas pasien yang ditangani itu perokok konvensional. Dengan usia di atas 40 tahun. Dominasi penyakit PPOK dan tumor paru.
Sementara untuk perokok pasif, pasien didominasi istri atau anak dari suami perokok.
“Dalam satu keluarga, semua harus tahu terkait pengertian dan dampak dari rokok. Jadi upaya preventif terutama untuk perokok pasif bisa dilakukan sejak awal. (Faricha Umami – Ra Indrata)