MALANG POST – Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu terus menunjukkan eksistensinya sebagai sentra pertanian hortikultura. Bisa dilihat, saat akhir pekan atau momen libur panjang, kawasan itu selalu dipadati pembeli.
Saat momen itu, biasanya jumlah pembeli naik cukup signifikan. Ini terlihat dari ramainya kendaraan dengan nomor polisi (nopol) luar daerah Malang Raya. Pembeli sengaja menyempatkan membeli tanaman hias usai berlibur ke destinasi wisata yang ada di Kota Batu.
Pengelola BUMDes Mulyo Joyo Desa Sidomulyo, Sutrisno menyatakan, kecenderungan wisatawan saat ini kebanyakan bukan membeli tanaman hias, namun mencari tanaman jenis sayuran. Menurutnya, harga sayuran di pasaran yang relatif mahal menjadi alasannya.
“Wisatawan saat ini kebanyakan cari tanaman sayuran. Seperti cabai dan tomat untuk ditanam di halaman rumah. Ini karena, harga sayuran tersebut agak mahal. Untungnya, petani-petani tanaman hias di Sidomulyo sudah mulai berinovasi dan bisa melihat kondisi peluang itu,” kata Sutrisno, Minggu, (28/4/2024).
Harga tanaman sayuran sekitar Rp5 ribu setiap ukuran polybag kecil. Sedangkan minat wisatawan untuk membeli tanaman hias dinilainya mulai berkurang, meskipun juga masih tetap menjadi yang utama diburu.
“Tanaman hias minat orang sudah berkurang, tidak untuk koleksi lagi seperti waktu pandemi (Covid-19). Sekarang orang cari tanaman hias untuk kebutuhan taman di rumahnya. Paling sekarang carinya tetap Mawar harga Rp3 ribu – Rp5 ribu. Sama Bougenville yang terendah Rp15 ribu sampai jutaan rupiah untuk yang bonsainya,” katanya.
Meski begitu, petani tidak berani menurunkan harga tanaman hias. Karena menyeimbangkan dengan ongkos perawatan yang sedang naik. Tak dipungkiri, kondisi tersebut menyebabkan keuntungan yang dirasakan para petani berkurang.
“Kalau kami turunkan harga, untuk naiknya lagi susah, sehingga tetap bertahan. Apalagi ongkos perawatan naik juga. Seperti petani mawar ongkos per polybagnya itu yang sebelumnya Rp1.500, sekarang hampir Rp2.000. Padahal, harga jual di petani Rp2.500 – Rp3.000, tipis untungnya belum mereka keluar tenaga juga,” katanya.
Selain itu, para petani tanaman hias saat ini juga merasa susah dengan harga sekam padi, yang digunakan untuk media tanam dimana harganya cukup mahal. Penyebabnya, para supplier beralasan kesusahan mencari barang tersebut.
“Untuk saat ini kesulitan sekam padinya untuk media tanam, kata supplier-nya enggak ada panenan jemur padi. Sepertinya ada permainan harga, karena yang dulunya per sak Rp13 ribu, sekarang Rp24 ribu,” paparnya.
Pihaknya berharap ada solusi dari Pemkot Batu terkait permasalahan tersebut.
“Harapan kami pemerintah bisa berkolaborasi menjalani hubungan dengan pemerintah daerah lainnya. Untuk mencarikan stok sekam dengan harga yang standar. Karena di tengkulak harganya tinggi sekali, sehingga ongkos produksi petani membengkak,” harap dia.
Lebih lanjut, dia juga mengungkapkan, setiap wisatawan rata-rata berbelanja menghabiskan uang sekitar Rp200 ribu sampai Rp300 ribu. Menurutnya, kondisi ramainya wisatawan menjadi penyeimbang karena sepinya tengkulak yang membeli tanaman hias dengan jumlah besar.
Sebagai informasi, di Desa Sidomulyo terdapat 9 kelompok tani (poktan) yang mayoritas sekitar 80-90 persen bergelut di tanaman hias. Setiap poktan beranggotakan sekitar 30-40 petani.
Sedangkan, tempat-tempat penjualan tanaman hias di Desa Sidomulyo berada di Pasar Bunga Sekar Mulyo, Mall Bunga, kios-kios dan warga-warga yang menjual di depan rumahnya. (Ananto Wibowo)