Malang Post – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Probolinggo, telah berupaya mengantisipasi adanya peningkatan inflasi pada momentum Ramadan dan Jelang HKBN Idul Fitri melalui koordinasi solid, yang dilakukan yang diwujudkan melalui sinergitas yang kolaboratif.
Diantara yang sudah dilakukan adalah pelaksanaan Toko Pengendali Inflasi Harga ‘Kopi Siaga’ sebagai patokan harga bagi pedagang di pasar. Pelaksanaan Gerakan Pangan Murah oleh Pemkot Probolinggo pada tgl 6,14,15 dan 18 Maret 2024 di 16 titik lokasi.
Kemudian HLM TPID Kota Probolinggo, pada 26 Maret 2024, dipimpin oleh Pj. Wali Kota Probolinggo Bp. Nurkholis.
Serta komunikasi efektif melalui pemimpin daerah, yang bersedia terjun langsung untuk menjaga ekspektasi masyarakat.
Hal itu tertulis dalam rilis yang dikeluarkan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang, yang diterima Malang Post, Rabu (3/4/2024) kemarin.
Meskipun demikian, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Probolinggo pada bulan Maret 2024, mengalami inflasi bulanan dan tahun kalender masing-masing sebesar 0,77 persen (mtm) dan 1,39 persen (ytd).
“Secara tahunan, Kota Probolinggo tercatat mengalami inflasi sebesar 3,54 persen (yoy). Dengan demikian, inflasi periode bulan Maret 2024 di Kota Probolinggo, berada sedikit di atas kisaran rentang sasaran inflasi,” sebut Kepala KPw BI Malang, Febrina.
Selanjutnya, tambahnya, inflasi periode Maret 2024, terutama didorong oleh kenaikan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil 0,60 persen (mtm) dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,11 persen (mtm).
Disebutkan pula, berdasarkan komoditasnya, inflasi Kota Probolinggo terutama didorong oleh kenaikan harga pada komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, emas perhiasan, ikan tongkol, dan bawang putih masing-masing dengan andil 0,20 persen; 0,11 persen; 0,08 persen; 0,08 persen dan 0,04 persen (mtm).
Inflasi pada komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras, masih kata Febrina, seiring meningkatnya permintaan pada momentum Ramadan, di tengah melonjaknya biaya pakan.
Sementara harga emas perhiasan, terpantau meningkat seiring dengan peningkatan harga emas dunia, yang didorong oleh berlanjutnya tensi geopolitik dan prospek pemotongan suku bunga The Fed pada bulan Juni mendatang.
Ikan tongkol mengalami peningkatan harga seiring cuaca ekstrim yang menyebabkan petani enggan untuk menangkap ikan.
Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi, yang terutama terjadi pada komoditas cabai merah, ikan asap, beras, kentang, dan udang basah masing-masing dengan andil -0,07 persen, -0,02 persen, -0,02 persen, -0,01 persen, dan -0,01 persen (mtm).
“Deflasi pada komoditas cabai merah dan kentang, seiring dengan panen cabai dan kentang pada bulan ini. Selanjutnya harga beras terpantau mengalami penurunan seiring dengan telah dimulainya musim panen padi di beberapa sentra produksi,” tuturnya.
Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia Malang akan terus diperkuat, melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif) untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1 persen (yoy). (*/ra indrata)