Malang Post – Kota Malang, masih menjadi andalan dalam menghimpun dana masyarakat, menggunakan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS). Untuk wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang.
Nilai transaksi hingga Maret 2024, yang menggunakan QRIS, mencapai Rp216 miliar. Kemudian disusul Kabupaten Malang Rp48,7 miliar, Kota Batu Rp45,6 miliar, Kota Pasuruan Rp16,9 miliar, Kabupaten Pasuruan Rp 14,1 miliar, Kota Probolinggo Rp10,3 miliar dan Kabupaten Probolinggo masih menyumbang Rp5,3 miliar.
Hal itu disampaikan Kepala KPw BI Malang, Febrina, dalam Bincang Santai Bersama Media (BISMA), Triwulan II 2024, Senin (1/4/2024) malam kemarin.
“Secara keseluruhan hingga Maret 2024, pertumbuhan jumlah merchant QRIS di wilayah kerja KPw BI Malang, sebesar 27,47 persen (yoy). Totalnya mencapai 631.873 merchant,” jelas Febrina.
Dari total merchant QRIS tersebut, Kota/Kab. Malang menyumbang 421.171 merchant. Kemudian disusul Kota/Kab. Pasuruan 96.142, Kota/Kab. Probolinggo 68.850 dan Kota Batu sebanyak 37.710 merchant QRIS.
“Pada Februari 2023, terdapat penambahan jumlah pengguna baru QRIS di Jawa Timur sejumlah 109.117. Hingga total mencapai 6.480.892 pengguna, dari target total secara nasional 55 juta pengguna QRIS di tahun 2024,” sebut ibu dua anak ini.
Khusus untuk wilayah kerja KPw BI Malang, total volume transaksi QRIS hingga Februari 2024, mencapai 3.889.886 transaksi, dari target nasional 2,5 miliar volume transaksi QRIS tahun 2024.
Disebutkan pula oleh alumni UGM Yogyakarta itu, transaksi QRIS di wilayah kerjanya, didominasi oleh sektor UMKM. Angkanya mencapai 79,63 persen. Dengan transaksi tertinggi di Kota Malang.
“Karena memang nilai rata-rata satu kali transaksi menggunakan QRIS di Kota Malang masih Rp100 ribu. Yang lainnya justru di bawah itu,” tandas perempuan yang berkarier di Bank Indonesia sejak 2006 lalu.
Sebagai bentuk menguatkan pertumbuhan digitalisasi, Bank Indonesia memang selalu mengimbau masyarakat, menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), untuk bertransaksi. Bahkan saat menukarkan uang baru untuk memenuhi kebutuhan pada momen Lebaran 2024.
“Hal ini juga bisa meningkatkan mitigasi risiko, kalau masyarakat yang melakukan penukaran, membawa uang yang paketnya Rp3,8 juta, lebih baik disimpan di walet atau di rekening banknya dan bisa ditukarkan menggunakan QRIS, lebih aman,” sebut Febrina.
Sementara menyangkut kredit UMKM sendiri, perempuan 42 tahun ini menyebut, sejalan dengan kinerja pembiayaan total, pembiayaan untuk UMKM masih tumbuh positif, meski termoderasi.
“Pada Triwulan I 2024, kredit UMKM tumbuh positif 9,69 persen (yoy), yang didorong oleh masih positifnya pertumbuhan kredit mikro (10,21 persen, yoy), kecil (6,37 persen, yoy) dan menengah (14,58 persen, yoy).”
“Risiko kredit yang tercermin dari NPL, turut terjaga sebesar 3,37 persen,” tandas mantan Ekonom Ahli Kelompok Perumusan KEKDA Provinsi KPw BI Provinsi Sulawesi Selatan ini. (Ra Indrata)