Malang Post – Ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk, Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama ( ISNU ) Jawa Timur dan Direktur Pascasarjana Unisma, Prof. M. Mas’ud Said menyampaikan, toleransi terjadi ketika masing-masing individu menerapkan freedom of religion.
Prof Mas’ud mengatakan, Ramadan menjadi momentum untuk meningkatkan toleransi. Esensi Ramadan sudah terpatri sejak dulu. Hal itu menjadikan rangkaian Ramadan sangat dihormati di Indonesia.
“Kekuatan toleransi menjadi lebih tinggi ketika Ramadan. Banyak fenomena yang ditemukan ketika Ramadan. Seperti perilaku tolong menolong, saling berbagi dan saling menghargai. Itu semua tidak hanya dilakukan umat muslim, tapi non muslim juga,” katanya di acara yang disiarkan Radio City Guide 911 FM, Sabtu (23/3/2024).
Hanya saja, lanjut Prof. Mas’ud, sepanjang Ramadan ini, banyak konten dengan isi konteks agama, yang misleading dan tidak berdasar.
Itulah sebabnya, tambahnya, perlu kesadaran setiap individu. Untuk menyaring konten agama yang tidak berdasar. Supaya tidak mudah terprovokasi dengan isi konten yang tersebar.
“Saat Ramadan, semakin marak juga konten agama di media sosial, yang diposting para content creator, tapi masih banyak yang abai dengan dampaknya.”
“Banyak content creator tidak bertanggung jawab penuh dengan isi kontennya. Bahkan sampai menimbulkan kerusuhan di kalangan netizen,” sebut Prof. Mas’ud.
Sementara itu, Anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Tina Goentomo, menambahkan, toleransi selalu dibutuhkan kapanpun. Tidak hanya ketika ada perayaan keagamaan. Dengan tingginya toleransi, suasana setiap wilayah bisa tetap kondusif.
“Sampai saat ini, tingkat toleransi di Kota Malang masih bagus. Bahkan Kota Malang jadi salah satu kota yang menjadi jujukan kota lain, untuk studi banding terkait toleransi di Kota Malang,” katanya.
FKUB, lanjutnya, juga rutin melakukan dialog dan edukasi. Mengundang para tokoh agama, perwakilan setiap sekolah dengan berbagai agama dan jajaran pemerintah daerah.
Tujuannya toleransi di Kota Malang bisa tetap kondusif. Artinya FKUB menjadi mediator terkait toleransi dari lima unsur agama di Malang. (Faricha Umami – Ra Indrata)