
Malang Post – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terus merebak awal tahun 2024 ini. Sejumlah daerah telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Diantaranya seperti Jepara, Enrekang, Kutai Barat, Lampung Timur dan Kabupaten Nagekeo.
Sementara itu di Kota Batu, penambahan kasus DBD juga masih terus terjadi. Meski begitu jumlahnya sudah mulai menurun dibandingkan beberapa minggu sebelumnya. Puncak persebaran kasus DBD di Kota Batu terjadi pada akhir Februari hingga awal Maret 2024 lalu.
Koordinator Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana Dinkes Kota Batu, dr Susana Indahwati menyatakan, untuk menekan persebaran DBD di Kota Batu, Dinkes Kota Batu terus berupaya melakukan penyelidikan epidemiologi. Caranya dengan melakukan peninjauan lingkungan dan penyuluhan pada masyarakat.
“Hal tersebut kami lakukan di wilayah kasus. Agar masyarakat terus melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk menekan penyebaran kasus DBD,” tutur Susan, Jumat, (22/3/2024).
Susan juga mengungkapkan, peningkatan kasus DBD di tahun 2024 ini tidak hanya terjadi di Kota Batu saja. Namun terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Fenomena itu turut dipengaruhi oleh perubahan iklim, sehingga ngamuk mudah berkembang biak.
“Disinilah diperlukan upaya bersama dari seluruh masyarakat untuk melakukan PSN secara rutin, minimal satu kali satu minggu. Ini dilakukan untuk memutus daur hidup nyamuk penular DBD,” papar dia.

FOGGING: Petugas dari Dinkes Batu saat melakukan fogging di Kelurahan Temas untuk mencegah bertambahnya korban DBD di Kota Batu. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Lebih lanjut, Kementerian Kesehatan menargetkan tahun 2030 Indonesia bebas kasus kematian DBD. Untuk mewujudkan target tersebut, pihaknya akan terus mengedukasi masyarakat akan pentingnya PSN. Kemudian segera memeriksakan diri atau keluarga apabila ada keluhan sakit agar tidak terlambat untuk ditangani.
“Dalam upaya mencapai target tersebut, tentunya Dinkes Kota Batu membutuhkan komitmen lintas sektor dan masyarakat. Untuk bersama-sama mencapai gaya hidup bersih dan sehat. Karena DBD adalah penyakit berbasis lingkungan,” tuturnya.
Susan menambahkan, untuk mewujudkan nihil kematian DBD, pada intinya adalah memahamkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Dengan menjaga lingkungan yang sehat dan bersih.
Awal Maret lalu, ditemukan sebanyak 84 kasus DBD di Kota Batu. Dengan rincian di Kecamatan Batu ditemukan sebanyak 60 kasus, Kecamatan Bumiaji delapan kasus dan Kecamatan Junrejo 16 kasus.
Selain itu juga terdapat sejumlah kasus akibat virus Dangue di Kota Batu. Yakni Demam Dangue (DD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS). Dari jumlah kasus tersebut total ada dua kematian murni karena DBD.
Dua kematian murni karena DBD terjadi di Desa Punten dan Kelurahan Temas. Kemudian ada satu kematian DBD dengan komorbid. “Penyebab kematian adalah karena Diabetes Mellitus di Desa Punten. Sehingga yang dilaporkan sebagai kasus kematian akibat DBD adalah dua kasus,” tutupnya. (Ananto Wibowo)