Malang Post – Pengelolaan tunjangan hari raya (THR), harus tetap menerapkan cash flow. Pemasukan tetap harus lebih banyak daripada pengeluaran. Artinya cash flow harus tetap seimbang.
Kepala Pusat Studi Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang, Al Thuba Septa Priyannggasari S.Psi., M.Psi., Psikolog, menyampaikan hal itu, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Jumat (22/3/2024)
Al Thuba menilai, pengaruh lingkungan biasanya membuat diri sendiri menjadi lebih konsumtif. Termasuk ketika menjelang lebaran.
“Jadi ketika ingin membeli sesuatu, diperlukan observasi secara mendalam dulu, supaya tidak membuat boncos,” katanya.
Karena pandangan setiap orang terhadap jumlah uang THR yang diterima, lanjutnya, akan mempengaruhi bagaimana cara membelanjakannya.
Terlebih-lebih, tambah Founder and Creators dan Sub Sektor Periklanan Malang Creative Fusion, Mary Jona, menjelang lebaran memang kebutuhan semakin meningkat.
Meski demikian, tetap harus selektif. Dimisalkan, ketika sudah berkeluarga, bisa dimulai dari awal untuk tidak mengikuti tradisi membeli apapun yang serba baru, sehingga harus menekan budget untuk kebutuhan lain.
“Kalau melihat kondisi di media sosial saat ini, fenomena flexing atau pamer masih banyak ditemukan. Terutama Generasi Z dan milenial. Jadi bisa menghindari perilaku itu supaya tidak boncos ketika lebaran,” sebut Mary Jona.
Sementara itu, dosen Fakultas Ekonomi Bisnis UNIKAMA, Irma Tyasari, SE., MM., Ph.D., kembali menegaskan, surat edaran dari Kementerian Ketenagakerjaan terkait pemberian THR, tidak hanya sekadar imbauan. Tapi menjadi kewajiban perusahaan dan hak pegawai.
Irma mengatakan, banyak faktor yang menyebabkan perilaku impulsif menggunakan uang THR. Diantaranya faktor tradisi, kebiasaan masyarakat dan faktor sosial.
Pendekatan yang bisa dilakukan supaya tidak impulsif, kata Irma, dengan memperhatikan skala prioritas, lebih mengontrol keinginan, termasuk menabung dan investasi. (Faricha Umami – Ra Indrata)