Malang Post – Peristiwa bencana alam tanah gerak di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu harus jadi perhatian serius dan mendapatkan penanganan cepat dari Pemkot Batu. Sebab dari peristiwa itu, menyangkut hajat hidup puluhan masyarakat terdampak.
Ketua Komisi C DPRD Kota Batu, Khamim Thohari mendesak, Pemkot Batu dan Pemdes Gunungsari untuk segera mencari jalan terbaik. Salah satunya sesegera mungkin melakukan relokasi. Baik relokasi sekolah maupun rumah warga terdampak.
“Kami mendesak segera dilakukan relokasi. Jangan hanya sebatas rencana-rencana saja. Karena keselamatan warga, terutama para peserta didik adalah hal yang paling utama,” tegas Khamim, Rabu, (20/3).
Dia menambahkan, relokasi SD-SMP Satu Atap (Satap) Brau harus dilakukan sesegera mungkin. Terlebih dengan kondisi seperti ini, para peserta didik masih menuntut ilmu seperti biasanya.
“Saya minta paling lambat di tahun ajaran baru (Juni-Juli.red) harus ada kepastian relokasi. Baik soal lahan dan lain sebagainya,” imbuhnya.
Desakan percepatan proses relokasi itu dilakukan karena pihaknya khawatir tentang keselamatan peserta didik dan para warga. DPRD juga meminta, yang dilakukan relokasi tidak hanya sekolah saja. Tapi juga rumah warga terdampak turut dilakukan relokasi.
“Semua harus direlokasi. Karena tanah di lokasi tersebut sudah tidak bisa digunakan lagi dan kondisinya menghawatirkan,” tuturnya.
BANGUNAN: Ketua Komisi C DPRD Kota Batu, Khamim Thohari mendesak, Pemkot Batu dan Pemdes Gunungsari untuk segera mencari jalan terbaik untuk tanah bergerak. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Sebab itu, Pemkot dan Pemdes harus segera mencari alternatif lahan. Menurut Khamim, opsi tukar guling menjadi pilihan paling tepat. Apalagi Pemkot Batu memiliki banyak lahan.
“Kebutuhan lahannya berapa akan dihitung dulu. Harus menyesuaikan jumlah KK terdampak. Sehingga masyarakat bisa mendapatkan hak yang sama saat di relokasi ke tempat baru,” imbuhnya.
Setelah direlokasi ke tempat yang lebih aman. Masyarakat tak begitu saja meninggalkan Dusun Brau. Mereka masih bisa beraktivitas di tempat tersebut. Karena lokasi tersebut telah menjadi ladang mata pencaharian masyarakat.
“Hewan ternak masih boleh diletakkan dikandang mereka. Mereka juga masih boleh bercocok tanam. Pendekatan seperti ini perlu dilakukan, karena kehidupan mereka ada di sana,” papar Khamim.
Akademisi Bidang Geoteknologi Politeknik Negeri Jakarta, Putra Agung menyampaikan, bahwa wilayah tersebut harus dikembalikan seperti kondisi awal. Pihak BPBD Kota Batu dan pihaknya telah melalukan kajian pada tahun 2022 lalu. Hasilnya kondisi di wilayah tersebut dahulu terdapat pohon-pohon besar sebagai penghisap tekanan air yang besar.
“Karena dulu kan disini pohon-pohon besar, keseimbangan alam seperti itu, dimana ketika ada tekanan yang besar, tekanan air pori akan dihisap lagi oleh tanamannya,” kata Putra Agung.
Sayangnya, wilayah tersebut menjadi pemukiman dan terdapat fasilitas umum seperti bangunan sekolah, sehingga terjadi hilangnya keseimbangan alam.
“Seperti halnya kita pegang selang, terus dihambat, tekanannya jadi besar, itu terjadi di sana, tekanan yang besar ini menggerakkan lapisan atas,” katanya.
Pihaknya merekomendasikan untuk daerah Dusun Brau dikembalikan fungsinya seperti semula dengan menanam tanaman yang dapat menekan tekanan air pori.
“Jadi hemat saya dikembalikan ke kondisi alamnya, jadi disini bisa menjadi sumur raksasa dibawah kita untuk air mineral, dan lainnya lebih bermanfaat. Seperti cemara, banyak jenisnya, seperti pinus, potensi wisata juga bisa, tapi kalau untuk fasilitas umum sangat membahayakan, jadi kalau sudah dikembalikan bisa normal lagi,” jelasnya. (Ananto Wibowo)