Malang Post – Media sosial baru-baru ini, dikejutkan dengan kabar mantan kiper Arema FC dan Timnas Indonesia, Kurnia Meiga Hermansyah.
Penjaga gawang asal Jakarta itu, disebut mengalami penurunan fungsi penglihatan yaitu papiledema sejak 2017 lalu, lantaran kebiasaannya mengkonsumsi alkohol.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dr. Aryani Vindhya Putri SpM, mengatakan, penyakit mata dapat disebabkan oleh banyak hal.
Seperti misalnya infeksi mata, trauma akibat benturan dan konsumsi zat tertentu. Atau bisa jadi ada gangguan pada saraf optik.
Gejala yang dapat dialami oleh pasien, dengan penurunan penglihatan mendadak, biasanya disertai mata merah atau tidak merah, mual, muntah, pusing, nyeri pada mata, ataupun penglihatan menjadi putih seketika.
Selain itu, perlu adanya pemeriksaan menyeluruh seperti riwayat penyakit, CT-scan otak, pemeriksaan laboratorium dan lain sebagainya.
Lebih khusus, jika hal ini disebabkan karena konsumsi zat tertentu, maka akan berbeda cara penanganan dan gejala yang dialami oleh pasien.
Semisal, orang yang meminum alkohol, satu dengan lain bisa jadi memiliki gejala atau bisa juga mengalami hal yang berbeda.
Alkohol ada yang memiliki kandungan methanol maupun ethanol. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama dan jumlah yang banyak, dapat menumpuk dan menyebabkan gangguan seperti gangguan pada mata.
“Efek paling fatal dari mengonsumsi alkohol ialah, ketika zat methanol tersebut sampai menyerang saraf optik kita.”
“Bisa jadi, hal ini akan mengakibatkan papilledema atau pembengkakan pada saraf mata dan susah untuk kembali normal dan bahkan mengancam nyawa,” tambahnya
Jika sudah dalam kondisi seperti ini, katanya, untuk mengembalikan penglihatan seratus persen tergantung dari kondisi pasien, jumlah zat yang dikonsumsi, berapa lama zat tersebut telah dikonsumsi dan kondisi atau reaksi pasien sendiri.
Maka dari itu, bila terjadi kerusakan saraf mata lanjut, maka penanganan yang dilakukan adalah mempertahankan sisa penglihatan. Seperti memberi vitamin dan memberi obat lain yang diperlukan.
Jika masih pada fase awal, penanganan yang dilakukan dapat berupa cuci darah ataupun pemberian obat secara teratur.
Sementara, jika disebabkan karena adanya kekeruhan atau pendaharan, maka penanganannya ialah pembersihan dengan jalan operasi.
Untuk itu, dokter spesialis mata tersebut menyarankan, agar masyarakat menghindari konsumsi zat berbahaya seperti alkohol.
Tak hanya itu, beberapa zat lain seperti obat yang diminum rutin untuk penyakit tertentu, NAPZA, atau bahkan tembakau, juga dapat menjadi cikal bakal penyakit pembengkakan mata.
Tips yang bisa diberikan Aryani ialah, selalu rutin melakukan pengecekan pada mata. Apalagi bagi pasien yang memiliki riwayat penyakit lain seperti hipertensi atau TBC.
Mereka memang diharuskan untuk mengonsumsi obat secara rutin, untuk mengatasi penyakit itu.
Maka, Aryani menjelaskan bahwa wajib hukumnya bagi mereka untuk memeriksakan mata secara rutin. (M. Abd. Rahman Rozzi)