Malang Post – Proses relokasi bencana alam tanah gerak di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu harus segera dilakukan. Ini merupakan usulan dari Ahli Geoteknologi usai melakukan analisis di lokasi bencana.
Ahli Geoteknologi Politeknik Negeri Jakarta, Putera Agung menyatakan, berdasar hasil analisis yang telah dilakukan terhadap kondisi tanah di Dusun Brau. Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan beberapa waktu lalu. Ditemukan akuifer yang besar berada di bawah lapisan tanah Dusun Brau.
“Karena itu, kami merekomendasikan untuk merelokasi sebagian wilayah Dusun Brau. Utamanya wilayah yang berada di zona yang sudah dipetakan sesuai dengan kerawanannya,” papar Putera Agung, Senin, (18/3/2024).
Sebagai informasi, akuifer adalah lapisan yang terdapat di bawah tanah, mengandung air dan dapat mengalirkan air. Lapisan akuifer mengandung formasi batu-batuan yang mampu melepaskan air dalam jumlah yang banyak. Air yang keluar dalam jumlah banyak mampu membentuk mata air. Melalui akuifer inilah air tanah dapat diambil.
“Kami mengukur tekanan air pori dibawah dan ada akuifer yang besar. Kami merekomendasikan untuk mereduksi dengan relokasi dan mengembalikan fungsi alamnya dengan menanam tanaman keras. Seperti cemara dan pinus sebagai daerah resapan,” tuturnya.
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai menyampaikan, usulan dari Ahli Geoteknologi aka segera ditindaklanjuti. Dengan harapan bisa segera dilakukan relokasi sekolah dan kembalinya fungsi tanah untuk menjaga alam.
“Posisi SD/SMP Satu Atap (Satap) Brau sangat rawan. Dikhawatirkan akan berdampak terhadap keselamatan siswa apabila dibiarkan tetap bersekolah di sana,” kata Pj Aries.
Usai mendapatkan laporan tanah gerak tersebut, Pj Aries bersama sejumlah kepala OPD terkait telah melakukan pengecekan ke lapangan. Ini dilakukan untuk segera mengambil langkah teknis, sebagai antisipasi tindak lanjut bencana tersebut.
Setelah melakukan pengecekan lapangan, Pj Aries menyampaikan pihaknya akan segera mencari solusi. Untuk sesegera mungkin mencarikan tempat relokasi yang lokasinya tidak jauh dari Dusun Brau.
“Kami akan mencari solusi bersama camat dan kepala desa. Agar sesegera mungkin mendapatkan tanah yang lokasinya tidak jauh dari sekolah. Tentunya lokasi harus lebih aman untuk dibangun sekolah baru,” paparnya.
Lebih lanjut, dia juga berharap, melalui opsi relokasi ini, masyarakat bisa memahami. Karena dikhawatirkan akan timbul resiko tinggi apabila anak-anak tetap bertahan di lokasi sekolah yang sekarang.
“Kami berharap, para orang tua dan masyarakat memahami resiko yang ditimbulkan. Apabila anak-anaknya tetap bertahan disekolah satu atap tersebut,” jelasnya.
Demikian juga 10 rumah warga yang rumahnya ikut terdampak tanga gerak. Mereka akan dicarikan solusi terbaik, agar warga mendapatkan tanah relokasi yang aman dan tidak membahayakan hidup mereka. Dimana nantinya akan difasilitasi pemerintah.
“Kejadian ini hampir tiap tahun, maka harus menjadi perhatian kita bersama. Semakin cepat semakin baik, 10 rumah juga akan dikaji secara utuh seperti apa. Kalau berdampak terhadap lingkungan, kami akan relokasi. Pelayanan dasar seperti sekolah terlebih dahulu yang paling utama,” imbuhnya.
Sementara itu, BPBD Kota Batu telah melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Untuk melakukan relokasi area dan bangunan terdampak. Saat ini, pihaknya bersama warga sudah melakukan penutupan jalan aspal yang retak dengan menggunakan cor.
“Untuk tindak lanjut, BPBD mendorong adanya alih fungsi kawasan rawan tanah gerak, agar segera mendapat tindak lanjut. Pasalnya, dari hasil kajian PVMBG, BPBD Provinsi dan Geologi UB yang telah dilakukan sejak terjadi tanah gerak beberapa tahun lalu. Kawasan tersebut memang tidak direkomendasikan untuk ditempati karena kondisi tanah yang labil,” kata Kalaksa BPBD Kota Batu, Agung Sedayu.
Seperti diberitakan sebelumnya, BPBD Kota Batu menerima laporan peristiwa tanah gerak. Tepatnya terjadi di RT 01 RW 10 dusun tersebut. Akibatnya 10 rumah warga mengalami kerusakan. Selain itu SD/SMP Satap Brau juga mengalami hal yang sama. Juga jalan desa mengalami keretakan dengan dimensi 10 hingga 18 centimeter. (Ananto Wibowo)