Malang Post – Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 2 Jatim, Anung Suprayitno, S.Si, M.Ling menyampaikan, potensi cuaca ekstrem disebabkan dari dua fenomena.
Yakni madden julian oscillation (MJO) dan gelombang Rossby. Yang menyebabkan tingginya potensi awan tropis di wilayah Jawa Timur.
Pernyataan itu disampaikan Anung, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Jumat (15/3/2024).
Anung berharap, jajaran pemerintah terkait dan masyarakat, bisa waspada terkait risiko potensi cuaca ekstrem.
Menurut Anung, saat ini wilayah Jatim belum masuk musim peralihan. Tapi masih di puncak musim hujan.
“Di bulan ini, curah hujan juga sedang tinggi-tingginya. Hal itu sesuai dengan yang disampaikan BMKG sebelumnya, saat awal musim hujan 2023,” katanya.
Sementara itu, BPBD Kota Malang, dalam menghadapi cuaca ekstrem ini, sudah melakukan kajian risiko bencana. Sehingga sudah ada hasil survei, mulai dari banjir, angin kencang hingga tanah longsor.
“Pemetaan sudah dilakukan, sekaligus disosialisasikan dalam bentuk buku saku. Diberikan untuk kelurahan tangguh, yang sudah terbentuk di semua kecamatan di Kota Malang,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang, Drs Prayitno, M.AP.
Pihaknya juga membenarkan, cuaca ekstrem diperkirakan terjadi sampai 18 Maret 2024.
Beberapa titik rawan bencana, khususnya angin kencang dan menyebabkan pohon tumbang, diantaranya di Raya Langsep, Jalan Aris Munandar, Raya Kepuh, Ijen dan Jalan Zaenal Zakse.
Di kawasan tersebut, BPBD juga sudah membentuk posko siaga bencana di semua kecamatan di Kota Malang. Mulai dari Klojen, Kedungkandang, Blimbing, Lowokwaru dan Sukun.
“Posko siaga bencana beroperasi 24 jam, di lokasi sudah disediakan peralatan lengkap. Ada 8-10 petugas yang selalu stand by, dengan bekerja sama dengan OPD teknis,” sebutnya.
Prayitno juga mengatakan, setiap hari ada belasan bencana yang terjadi di Kota Malang. Dengan dominasi angin kencang. BPBD melakukan mitigasi dengan asesmen, dengan melihat seberapa tinggi risiko di suatu wilayah. (Faricha Umami – Ra Indrata)