Malang Post – Penjabat (Pj) Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat didampingi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Menjelang Ramadan 1445 Hijriah, memantau harga sembako di Pasar Tawangmangu dan Pasar Blimbing menjelang ramadan.
Di dua pasar tradisional tersebut, Wahyu Hidayat mendapat informasi yang berbeda. Pedagang
Pasar Tawangmangu, mengaku harga-harga masih stabil. Di Pasar Blimbing, komoditinya cenderung lebih tinggi harga jualnya.
“Di Pasar Tawangmangu lebih stabil, karena barang didapatkan langsung dari distributor. Di Pasar Blimbing, banyak pedagang hanya agen kecil. Otomatis ketika barang dijual kembali, harganya jadi naik,” kata Sekdakab Malang non aktif ini.
Pun saat TPID mengecek langsung toko retail penyedia sembako, warga yang belanja di toko tersebut, harga jual sembakonya lebih stabil. Seperti, harga guna di toko retail Rp16 ribu. Di pasar tradisional Rp17 ribu.
TRADISIONAL: Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, saat melakukan peninjauan harga sembakoo di Pasar Tawangmangu. (Foto: Iwan Irawan/Malang Post)
Menurut Wahyu, komoditi yang harganya berbeda, antara toko retail dan pasar tradisional, seperti beras, minyak, gula, telur dan cabai. Meski ada juga komoditi yang relatif stabil dan sama.
“Akan kami bahas bersama TPID. Kami carikan skenario maupun solusinya. Bisa saja dengan intervensi lewat subsidi, penguatan warung tekan inflasi, penguatan pasar dan pangan murah di masyarakat oleh OPD terkait,” tukasnya.
Dengan skenario solusi tersebut, Wahyu berharap menjelang Ramadan yang kurang seminggu lagi, harga sembako mudah dijangkau dan kembali stabil. Hingga memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangannya.
“Jika kenaikan harga sembako dan komoditas ini dibiarkan berlarut-larut, tanpa ada intervensi atau campur tangan pemerintah, dikhawatirkan terjadi panic buying. Dampaknya akan negatif untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat ke depannya,” tandasnya.
Alumni ITN Malang ini juga bakal meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan stakeholders, sebagai upaya mencari cara subsidi dan intervensi. Diantaranya dengan PG Kebon Agung, Bulog dan Bank Indonesia.
“Semua pihak tentunya serius dan punya komitmen mengedepankan kepentingan masyarakat. Satgas pangan pun juga turut membantu melakukan pengawasan di lapangan. Semoga saat Ramadan hingga Idul Fitri nanti, tidak terjadi lonjakan harga sembako dan komoditas lain,” tandasnya.
Salah seorang pedagang di Pasar Tawangmangu, Wiwin Indayani, menyampaikan, kenaikan harga terjadi di beberapa komoditi. Seperti jagung dan buncis, dari Rp8 ribu naik Rp12 ribu. Cabai merah, naik dari Rp70 ribu menjadi Rp110. Meski tak lama turun lagi jadi Rp100 ribu.
“Harga daging sapi relatif stabil. Harga telur fluktuatif. Cabai rawit relatif turun dan harga bawang masih stabil atau normal. Alhamdulillah, pelanggan belum ada yang mengeluh,” ujar Wiwin, usai kiosnya ditinjau Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat.
Yayuk, seorang pembeli di Pasar Tawangmangu, membenarkan jika harga-harga relatif naik. Bahkan ada selisih yang cukup lumayan, antara pasar dan retail. Seperti beras di retail harganya Rp51 ribu untuk lima kilo. Di pasar tradisional, masih di atas Rp75 ribu hingga Rp80 ribu untuk beras premium.
“Berat rasanya beban hidup ini, Mas. Kalau apa-apa semuanya pada naik. Tidak beli itu karena kebutuhan. Tapi mau beli, harganya kok mahal.”
“Sebagai masyarakat awam, kami hanya bisa berharap harga kembali stabil dan mudah dijangkau. Pemerintah harus campur tangan demi kepentingan masyarakat umum,” pungkasnya. (Iwan Irawan – Ra Indrata)