Malang Post – Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, dr. Husnul Muarif menyampaikan, berdasarkan data aplikasi E-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPBGM), angka stunting di Kota Malang pada tahun 2022, mencapai 9,8 persen. Turun menjadi 9,3 persen di tahun 2023.
Pernyataan itu disampaikan dr. Husnul, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Rabu (6/3/2024).
Selain itu dr. Husnul juga menyebut, Pemkot Malang sudah mengupayakan beberapa hal, untuk menurunkan angka stunting.
Mulai dari melakukan skrining remaja putri sejak kelas 3 SMP hingga 1 SMA di Kota Malang, sebanyak 22 ribu siswi.
“Untuk melihat berapa persen siswi yang mengalami anemia dan selanjutnya akan diberikan tablet FE tiap sekolah, serta sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi,” katanya.
Selain itu, Dinas Kesehatan Kota Malang juga melakukan kerjasama dengan Kantor Kemenag Daerah, untuk melakukan pembinaan caten (calon pengantin).
Yakni dengan melakukan pemeriksaan kesehatan dasar. Termasuk pemeriksaan kadar HG, untuk melihat caten yang potensial stunting.
Sedang Kaprodi S2 dan S3 Sosiologi UMM, Prof. Dr. Oman Sukmana, melihat bahwa stunting bukan hanya persoalan kesehatan. Namun juga masuk ke dalam masalah sosial dan ekonomi.
“Contohnya saat ini banyak keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, karena faktor ekonomi,” jelasnya.
Selain itu, Prof Oman juga menyebut faktor sosial, menjadi penyebab stunting. Seperti problematika pernikahan dini dan ketidaksiapan calon ibu.
Hingga minimnya persiapan keluarga dalam pemahaman pola asuh, persiapan pra nikah, kesenjangan sosial ekonomi, permasalahan sanitasi dan beberapa masalah sosial lainnya.
“Sosialisasi harus terus digencarkan untuk memodifikasi perilaku masyarakat. Terutama dalam pemahaman kebutuhan nutrisi calon ibu hingga bayi dan pemahaman mengenai pola parenting untuk mencegah stunting,” sebutnya. (Yolanda Oktaviani – Ra Indrata)