Malang Post – Intensitas hujan tinggi akhir-akhir ini menyebabkan genangan air dan seringkali membawa penyakit. Contohnya seperti demam berdarah dengue (DBD). Selain itu ada lagi penyakit yang kerap menjadi ancaman masyarakat.
Penyakit itu adalah Leptospirosis, yang penyebarannya melalui air seni hewan yang terinfeksi dan membawa bakteri, seperti air seni tikus. Bakteri leptospira sangat mudah masuk dalam tubuh manusia terutama saat musim penghujan atau bencana banjir. Contohnya, kaki yang terkena genangan air saat hujan.
Koordinator Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana Dinas Kesehatan Kota Batu, dr Susana Indahwati menyatakan, pada tahun 2024 ini di Kota Batu belum ada laporan penyakit tersebut. Meski begitu, masyarakat harus tetap waspada dan menerapkan pola hidup sehat.
“Tahun lalu ada laporan satu masyarakat Kota Batu kena Leptospirosis dan berhasil disembuhkan. Semoga tahun ini nihil kasus penyakit tersebut,” tutur Susan, Selasa, (5/3/2024).
Dia menambahkan, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan masyarakat untuk mencegah dan mengurangi risiko penyebaran infeksi Leptospirosis. Diantaranya mengenakan pakaian pelindung, sarung tangan, sepatu bot dan pelindung mata saat bekerja di area yang berisiko menularkan bakteri Leptospira.
“Kemudian tidak berendam atau berenang di air danau, sungai, atau kubangan. Mengonsumsi air minum yang sudah terjamin kebersihannya. Mencuci tangan setiap sebelum makan dan setelah kontak dengan hewan,” paparnya.
Lalu mencuci buah dan sayuran dengan air bersih sebelum mengolahnya, menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan lingkungan rumah bebas dari tikus, melakukan vaksinasi pada hewan peliharaan dan ternak.
“Pada beberapa kasus, gejala Leptospirosis tidak muncul sama sekali. Namun, pada kebanyakan penderita, gejala penyakit ini bisa muncul 1-2 minggu setelah terpapar bakteri Leptospira,” imbuh Susan.
Gejala leptospirosis sangat bervariasi pada setiap penderita. Awalnya sering kali dianggap sebagai gejala penyakit lain, seperti flu atau demam berdarah. Tanda dan gejala awal yang muncul pada penderita leptospirosis diantaranya seperti demam tinggi dan menggigil, sakit kepala, mual, muntah dan tidak nafsu makan.
“Selain itu juga muncul diare, mata merah, nyeri otot, terutama pada betis dan punggung bawah, sakit perut dan bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang saat ditekan,” katanya.
Keluhan tersebut biasanya akan pulih dalam waktu satu minggu. Namun pada sebagian kasus, penderita dapat mengalami penyakit leptospirosis tahap dua yang disebut dengan penyakit Weil. Penyakit ini terjadi akibat peradangan yang disebabkan oleh infeksi.
Penyakit leptospirosis termasuk dalam penyakit zoonosis. Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau pun sebaliknya. Agen dari penyakit Leptospirosis yakni bakteri Leptospira.
“Bakteri Leptospira ini berbentuk lancip dan umumnya mereka tinggal di ginjal tikus. Hal ini sangat riskan jika tikus pipis di genangan air saat banjir. Ini dapat menyebabkan penularan bakteri Leptospira dari hewan ke manusia,” katanya.
Penyakit Leptospirosis dapat menyebabkan kematian manusia jika tidak tertangani dengan baik. Salah satu yang dapat dilakukan yakni dengan deteksi dini.
“Jika telat untuk melakukan pencegahan dapat berisiko untuk timbulnya keparahan. Terdapat tiga hal dalam mengobati, pertama dapat sembuh sempurna tanpa sisa, kedua sembuh namun masih terdapat sisa dari penyakit dan ketiga tidak dapat sembuh dan mengakibatkan kematian,” tutupnya. (Ananto Wibowo)