
Kepala MTsN 1 Kota Malang, Erni Qomaria Rida. (Foto: Iwan Irawan/Malang Post)
Malang Post – Pembayaran uang laundry Rp700 ribu tiap semester dan catering Rp900 ribu/bulan di MTsN 1 Kota Malang, dipersoalkan transparasinya oleh wali santri.
Baik manajemen maupun para pengurus di mahad sekolah setempat, dinilai tidak terbuka atau kurang transparan dalam mengelola keuangan tersebut.
“Karena pengeluaran ongkos laundry ini berapa rinciannya. Misalnya apakah permingguan nyucinya. Lalu berapa kilogram jatah pakaian yang dicucinya. Habisnya berapa, kami belum mengetahui laporannya,” ungkap salah satu wali santri, yang enggan disebutkan jatidirinya.
Pun dengan persoalan catering. Karena meski libur semester yang biasanya sekitar tiga mingguan, tetapi wali santri tetap disuruh bayar sebulan penuh.
“Hal ini sempat gaduh di WhatsApp Group (WAG) wali santri. Hampir semua mempersoalkan. Itu pun baru ada respon, setelah kami pertanyakan. Tapi penjelasannya belum detail,” ujarnya kepada Malang Post, Minggu (25/02/2024), kemarin.
Pihaknya berharap, pihak madrasah maupun mahad sendiri, benar-benar mengevaluasi atau memperbaiki. Atau segera ada keterbukaan atau transparansi persoalan laundy dan catering itu. Agar tidak ada kesan MTsN mengkomersilkan mahad.
“Sekiranya nanti belum ada perubahan atau perbaikan, tanpa mengurangi semangat belajar anak-anak, kami akan melakukan laundry dengan cara mandiri. Tapi soal catering, tetap kami perlukan transparasinya,” cetusnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala MTsN 1 Kota Malang, Erni Qomaria Rida, mengakui adanya pelaksanaan laundry dan catering di lingkungan MTsN 1 tersebut. Tetapi untuk laundry tidak diwajibkan.
“Yang kami wajibkan di mahad adalah catering-nya. Sebab siswa dan siswi yang menginap di mahad butuh makan dan minum. Tidak mungkin orang tuanya mengirim ke sini tiga kali sehari,” ucap Erni.
Untuk memudahkan proses pembelajaran dan kenyamanan, serta ketenangan santri di mahad, pihaknya memang mewajibkan adanya catering.
“Dibandingkan beli di luaran sana, harganya jauh lebih mahal. Disisi lain, menunya berganti dalam sehari tiga kali. Jadi catering kami wajibkan bagi putra-putrinya yang menginap di mahad MTsN 1 sini,” jelas Erni.
Sementara mengenai laundry di lingkungan mahad, ditegaskan Erni, pihaknya tidak mewajibkannya. Semuanya diserahkan kepada orang tua masing-masing.
“Namun demikian, siswa yang menginap di mahad, jumlahnya 220 santri. Yang memakai jasa laundry di sini 208 santri. Jadi memang mayoritas pakai laundry,” tegasnya.
Bahkan Erni juga menyebut, ada beberapa siswa yang tinggal di mahad, sudah beberapa bulan belum menyelesaikan kewajibannya. Tetapi pihaknya masih memberikan toleransi.
“Kami pun tidak mengelola keuangannya. Komitelah yang mengelola keuangannya. Kami hanya menyampaikan proses administrasinya dari pihak wali murid dan pihak rekanan,” ujar dia.
Adanya info keluhan dari wali santri tersebut, Erni menyampaikan terima kasih. Pihaknya akan melakukan evaluasi dan siap memperbaiki. Karena keluhan itu bagian dari masukan atau instrospeksi.
“Kami sifatnya hanya melanjutkan apa yang sudah berjalan dari kepala madrasah sebelumnya. Penerapan laundry dan catering tetap dilanjutkan. Hanya saja akan dievaluasi untuk lebih baik lagi. Kami segera mengkomunikasikan dengan para orang tua, agar lebih baik lagi,” pungkasnya. (Iwan Irawan/Ra Indrata)