Malang Post – Musim hujan sedang lebat-lebatnya. Sejumlah penyakit dikhawatirkan meningkat faktor cuaca tersebut. Salah satunya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Untuk meminimalisir penyakit itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Koya Batu mengajak seluruh lapisan masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Hal tersebut sangat perlu dilakukan. Karena sepanjang awal tahun 2024 ini, Dinkes Kota Batu mencatat ada 36 kasus DBD di Kota Batu. Hingga mengakibatkan satu balita meninggal dunia akibat Dengue Shock Syndrome (DSS).
Plt Kepala Dinkes Kota Batu, Aditya Prasaja menyatakan, PSN akan rutin dilakukan satu Minggu sekali selama satu bulan penuh. Ini dilakukan untuk memberantas sarang nyamuk Aedes Aegypti, yang menjadi sumber penularan DBD.
“Kami himbau seluruh masyarakat, untuk melakukan pemeriksaan rutin terhadap tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Termasuk pot-pot bunga air, tampungan air dispenser, penampungan air kulkas, potongan bambu, talang air yang mampet dan tumpukan barang bekas lainnya,” papar Adit, Minggu, (25/2/2024).
Dia menambahkan, saat berkeliling ke rumah-rumah warga, pihaknya masih menemukan adanya permukiman dengan genangan air dan berisiko terjangkit kasus demam berdarah.
“Ada rumah warga di suatu wilayah bagus bagus, tetapi halamannya ditanam kakung dengan median toples berisi air. Setelah dilihat setiap toples ada jentik nyamuk. Ada juga yang menanam bromelia ditengahnya ada jentik, kami juga mendapati air miring tandon tempat nyamuk. Jadi jentik tidak melulu soal kamar mandi saja,” katanya.
Menurutnya, untuk saat ini cara fogging sudah tidak efektif karena hanya mematikan keberadaan nyamuk dewasa saja. Langkah terpenting yakni dengan memutus siklus hidup nyamuk.
“Fogging itu tidak mematikan jentik nyamuk, tetapi hanya nyamuk dewasa. Saat ini yang terpenting bagaimana memutus siklus hidup nyamuk, jangan ada kesempatan untuk nyamuk dewasa bertelur,” katanya.
Sementara itu, Koordinator Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana Dinas Kesehatan Kota Batu, dr Susana Indahwati menyampaikan, dari 36 kasus DBD di Kota Batu. Kasus terbanyak terjadi di Kecamatan Batu yakni sebanyak 28 kasus.
“Rinciannya di Kelurahan Temas ada 14 kasus dengan Dengue Shock Syndrome (DSS) dua kasus, ini satu kasus meninggal dunia balita usia empat tahun dari Temas, dengan diagnosa DSS,” kata dia.
KERJA BAKTI: Masyarakat Kota Batu saat melakukan kerja bakti untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) guna mencegah timbulnya DBD. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Kemudian di Kelurahan Sisir terdapat dua kasus, Desa Sidomulyo satu kasus, Desa Oro-Oro Ombo ada tiga kasus. Lalu Kelurahan Ngaglik terdapat tiga kasus, Desa Sumberejo ada dua kasus dan Desa Pesanggrahan satu kasus.
Sedangkan di Kecamatan Junrejo terdapat tujuh kasus. Rinciannya, dua kasus di Desa Tlekung, empat kasus di Desa Junrejo, dan satu kasus di Desa Pendem. Sementara di Kecamatan Bumiaji hanya ada satu kasus di Desa Gunungsari.
Lebih lanjut untuk Demam Dengue (DD) ada sebanyak 24 kasus. Rinciannya, di Kecamatan Batu ada 15 kasus, masing-masing lima kasus di Desa Oro-Oro Ombo, empat kasus di Kelurahan Ngaglik, empat kasus di Kelurahan Temas dan di Kelurahan Sisir sebanyak dua kasus.
Sedangkan di Kecamatan Junrejo ada tujuh kasus, tersebar di Desa Junrejo sebanyak tiga kasus, tiga kasus di Desa Beji dan satu kasus di Desa Mojorejo. Di Kecamatan Bumiaji ada sebanyak dua kasus, tepatnya di Desa Pandanrejo dan Desa Giripurno.
Susan menuturkan, Dinkes Kota Batu akan melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan juga berkoordinasi dengan rumah sakit agar data kasus DBD maupun DD bisa segera diperoleh.
“Dilakukan PE ini untuk memutus rantai penyebaran kasus DBD. Dengan meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan pemberantasan sarang nyamuk. Kami juga menghimbau masyarakat supaya aktif dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah dan lingkungan masing-masing,” katanya.
Lebih lanjut, pihaknya juga akan menyediakan bubuk abate secara gratis. Bubuk ini dapat diperoleh di puskesmas terdekat. Masyarakat tidak perlu ragu untuk mengambil dan menggunakannya guna melindungi diri dan keluarga dari nyamuk Aedes Aegypti.
“Kami juga meminta masyarakat waspada terhadap gejala DBD seperti pusing, demam, mual, nyeri otot, kelelahan dan bintik kemerahan. Jika mengalami gejala tersebut, kami menghimbau untuk segera memeriksakan ke faskes terdekat,” tutupnya. (Ananto Wibowo)