Malang Post – Proses perhitungan suara Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024, telah dilaksanakan di sejumlah tempat pemungutan suara (TPS), Rabu (14/2/2024) kemarin.
Perhitungan suara di situs Kawal Pemilu atau quick count sejumlah lembaga survei, juga sudah mulai terisi untuk beberapa daerah. Seperti Bali, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua Selatan, Papua Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Pengamat politik sekaligus akademisi Universitas Brawijaya (UB), Prof. Anang Sujoko, S.Sos., M.Si., D.COMM., memiliki pendapat terkait quick count atau perhitungan cepat tersebut.
Menurutnya, hasil hitung cepat Pilpres 2024 itu, merupakan wujud pilihan rakyat dalam menentukan pemimpin Indonesia mendatang.
“Dalam sistem pemerintahan yang demokratis dan mendukung atmosfir yang demokratis, saya kira siapa pun yang kalah dalam pemilihan oleh rakyat, harus legowo dengan hasil yang ditampilkan.”
“Artinya, itulah representasi dari mayoritas atau sebagian besar rakyat Indonesia,” urai profesor yang juga dekan FISIP UB ini menjabarkan.
Prof. Anang juga berujar, dalam proses demokrasi, memang ada konsekuensi yang harus diterima. Hasil dari proses pemilihan oleh rakyat, harus diterima dengan legowo oleh siapapun.
“Dan apapun yang menjadi konsekuensi dari demokrasi ini, harus diterima oleh siapa pun. Jadi intinya, siapapun yang kalah dalam pemilihan rakyat, harus menerima dengan legowo,” tuturnya.
Begitu sebaliknya, siapapun yang unggul dalam sebuah proses demokrasi, dalam hal ini Prabowo-Gibran, harus pandai merangkul siapa pun yang ada dalam sistem demokrasi di negara ini.
“Dan siapapun yang menang, dalam hal ini melalui quick count adalah paslon nomor 02, maka ya harusnya bisa dan pandai untuk merangkul siapapun, yang ada dalam sistem demokrasi yang ada di Indonesia ini,” ujarnya.
Sehingga diharapkan, kalaupun ada opisisi, adalah oposisi yang sehat. Penguasa juga tidak menjadikan oposisi sebagai musuh, melainkan sparing partner dalam membangun NKRI ini bisa menjadi lebih baik lagi.
Quick count sejumlah lembaga survei yang ditayangkan di sejumlah televisi, dengan rata-rata data yang masuk mencapai hampir mencapai 100 persen, hasilnya Prabowo-Gibran unggul. Anies-Muhaimin di posisi kedua dan Ganjar-Mahfud posisi terakhir. (M. Abd. Rahman Rozzi)